Pemulihan Lahan Gambut Butuh Waktu Panjang
PALANGKA RAYA – Badan Restorasi Gambut (BRG), menyatakan upaya memulihkan lahan gambut di Kalimantan yang saat ini mengalami kerusakan cukup parah, membutuhkan waktu relatif panjang.
“Tetapi hendaknya harus tetap waspada, karena kebakaran tersebut masih berpotensi terjadi. Sebab, kerusakan gambut yang sangat parah memerlukan waktu panjang untuk pemulihannya, karena gambut belum sepenuhnya kembali pada kondisi semula,” kata Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri, dalam diskusi media di Kota Palangka Raya, Sabtu (23/2/2019).
Badan Restorasi Gambut terus melakukan upaya aktif restorasi gambut melalui kegiatan pembasahan kembali (rewetting), revegetasi, dan revitalisasi sosial ekonomi masyarakat di Kalimantan Tengah.
Hingga 2018, luasan lahan terdampak kegiatan restorasi yang dilakukan BRG bersama para mitra serta masyarakat di provinsi setempat sekitar 366.746 hektare.
Namun demikian, BRG mencatat penurunan titik panas secara signifikan ditemukan di lokasi yang makin dekat dengan Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG).
Jika berada pada radius 0-1 kilometer dari PIPG, rata-rata hanya 2,4 persen titik panas (hotspot). Semakin jauh dari PlPG, titik panas selalu bertambah. Misalnya pada jarak 1-2 kilometer, ditemukan 5,6 persen titik panas dan pada jarak lebih dari dua kilometer 92 persen titik panas.
“Di 2018, kegiatan fisik restorasi gambut dilakukan melalui mekanisme tugas pembantuan oleh pemerintah daerah,” katanya.
Ia mengatakan, Kalteng juga mendapat penghargaan sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pelaksana Tugas Pembantuan (TP) terbaik 2018 dari BRG pada 2018, OPD Lingkungan Hidup Kalteng membangun 2.500 sumur bor, 1.250 sekat kanal.