Mahoni dan Kemiri, Sarana Penghijauan dan Sumber Penghasilan

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Masyarakat di Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) mempertahankan keberadaan Mahoni atau Swietenia mahagoni dan Kemiri atau Aleurites moluccana, sebagai tanaman peneduh.

Sumarji,memanen dan mengumpulkan buah mahoni untuk dijual sebagai bahan obat – Foto Henk Widi

Sumarji (50), salah satu warga Desa Rawi menyebut, tanaman mahoni dipertahankan sebagai tanaman pagar, peneduh jalan, dan menjadi tanaman produktif untuk diambil kayu sebagai bahan bangunan dan bahan bakar. Sementara, kemiri, yang kerap ditanam pada lahan miring dimanfaatkan untuk mencegah longsor.

Pohon Mahoni memiliki ciri khas berbatang keras, kulit mudah mengelupas, dan berumur panjang. Batang pohon yang kuat, membuat pohon tersebut kerap dipergunakan sebagai pohon peneduh. Banyak ditemui di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum). Dimanfaatkan pula sebagai pohon penghijauan di kawasan hutan lindung Gunung Rajabasa.

Pemanfaatan Mahoni sebagai tanaman penghijauan, mulai dilakukan pada upaya reboisasi gunung Rajabasa melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Kegiatannya digagas oleh Kementerian Kehutanan kala dipimpin Zulkifli Hasan yang menjadi Menteri Kehutanan.

Sumarji menyebut, Mahoni dan Kemiri dipilih, karena kedua jenis pohon tersebut bersifat multifungsi. Sebagai tanaman yang tidak boleh ditebang di kawasan hutan lindung, masyarakat bisa memanfaatkan buah dari kedua jenis pohon sebagai sumber penghasilan. Konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis kehutanan tanpa merusak tanaman hingga kini masih dipertahankan masyarakat di sekitar gunung Rajabasa.

Lihat juga...