Integrasi Area Pertanian dan Peternakan, Solusi Berkurangnya Lahan Penggembalaan
Editor: Satmoko Budi Santoso
Perubahan lingkungan akibat pembangunan JTTS bagi pemilik ternak disebut Widodo, sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir. Ia yang memiliki lahan pertanian jagung bahkan menyebut menyediakan beberapa petak lahan jagung yang sengaja dibiarkan ditumbuhi rumput liar.
Pertumbuhan rumput liar bersama jagung tanpa disiangi tersebut sengaja dipelihara untuk stok pakan ternak kambing. Integrasi lahan pertanian sekaligus ternak tersebut diakuinya menjadi solusi sulitnya mencari pakan bagi ternak.
Widodo juga menyebut, peternak juga mulai melakukan pola penanaman jagung yang bisa dipanen muda berupa jagung manis. Tujuan penanaman jagung manis yang bisa dipanen saat usia dua bulan diakuinya dimanfaatkan untuk pakan ternak pada bagian daun.
Saat proses pemanenan jagung manis ia memastikan batang jagung masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi dan kambing. Integrasi tersebut menjadi salah satu solusi penerapan lahan pertanian untuk mendukung usaha peternakan yang menjadi sumber penghasilan dan tabungan bagi petani.
“Sebagian lahan memang sengaja ditanami jagung jenis hibrida dengan masa panen empat bulan, tapi sebagian ditanami jagung manis untuk kebutuhan pakan ternak,” beber Widodo.
Berkurangnya lahan penggembalaan dan sulitnya mencari pakan ternak juga diakui oleh Jumino, petani sekaligus peternak di dusun Sumbersari, desa Pasuruan.
Ia menyebut, sebagian lahan sawah di STA 18 seluas lebih dari seratus hektare membentang dari desa Pasuruan hingga desa Kuripan sudah beralih fungsi menjadi jalan tol trans Sumatera. Sejumlah petani pemilik ternak sapi, kerbau dan kambing seperti dirinya bahkan memilih mengandangkan ternak.