Bupati Flotim Ajak Difabel dan Perempuan Hadapi Perubahan Iklim

Editor: Makmun Hidayat

Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon,ST - Foto: Ebed de Rosary

LARANTUKA — Keterlibatan perempuan dan penyandang disabilitas dalam program pengurangan risiko bencana dan kesiapan mengahadapi dampak perubahan iklim masih sangat minim, baik sebagai penerima manfaat maupun sebagai pelaksana program.

“Dari sisi penyandang disabilitas, mereka masih menyembunyikan diri atau disembunyikan oleh keluarga dan lingkungan sehingga tingkat partisipasi mereka sangat minim,” sebut Bupati Flores Timur (Flotim), Antonius Gege Hadjon, Jumat (1/2/2019).

Faktor lainnya kata Anton, sapaannya, adanya kesenjangan pemahaman, komunikasi dan kecurigaan dari penyandang disabilitas atau keluarganya terhadap mereka yang bukan penyandang disabilitas.

“Selain itu, belum kuatnya kebijakan program untuk memastikan adanya mainstreaming gender dan inklusi sosial terkait, dalam internal lembaga pelaksana ataupun kerangka program itu sendiri,” ujarnya.

Faktor keempat tambah Anton, upaya inklusi sosial terkait perjuangan, pengakuan dan perlindungan hak difabel, persepsi tentang keberadaan difabel sebagai aset dan bukan beban, serta upaya perluasan akses individu dan kelompok terpinggirkan, belum mencair dan masih sebatas retorika.

“Saya berharap persoalan-persoalan yang ditimbulkan sebagai akibat dari perubahan iklim dapat terjawabi melalui kiat penguatan kesatuan para pihak terkait, sembari meningkatkan porsi keterlibatan kaum perempuan dan penyandang disabilitas,” harapnya.

Perubahan iklim dewasa ini tambah Anton, telah menjadi sebuah topik yang diperbincangkan secara serius dalam skala global. Fenomena perubahan iklim global beserta dampak-dampak yang ditimbulkan olehnya, menjadi perbincangan yang selalu dikedepankan, baik pada forum-forum internasional, nasional, regional, dan bahkan lokal.

Lihat juga...