Banjarnegara Jadikan Kopi sebagai Tanaman Konservasi Lahan
Selain itu, produktivitas kopi di Kabupaten Banjarnegara, yaitu produksi kopi robusta tercatat rata-rata sekitar 865 ton dalam satu kali panen atau lebih kurang 755 kilogram per hektare, sedangkan untuk kopi arabica sekitar 201 ton atau lebih kurang 805 kilogram per hektare.
Program LED Kopi di Banjarnegara telah dirintis KPw BI Purwokerto bersama Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sejak tahun 2018 dengan berbagai kegiatan seperti memberikan pelatihan, bantuan bibit kopi unggul bersertifikat, memfasilitasi penguatan kelembagaan petani melalui pembentukan koperasi, serta bantuan sejumlah mesin pascapanen.
Kepala Departemen Regional II BI, Dwi Pranoto, mengatakan ada dua tujuan utama dari penananaman kopi di Desa Babadan.
“Yang pertama untuk konservasi lahan karena kopi itu akar tunggangnya sangat dalam dan akar serabutnya juga lebar. Yang kedua, yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani,” katanya.
Menurut dia, hal itu merupakan dua kata kunci yang harus dilakukan meskipun ada yang ketiga kalau dikembangkan lebih lanjut, yakni keterkaitan kopi dengan sektor-sektor lain seperti pariwisata.
Jika hal itu bisa diintegrasikan dengan baik akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. “Saya kira ini kata kunci yang harus kita pegang dan kita sikapi dengan baik,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Babadan, Wahyu Setiawati, mengakui kopi merupakan tanaman konservasi sehingga dapat mengantisipasi terjadinya bencana tanah longsor di Desa Babadan topografinya berbukit.
Selain itu, kata dia, sedimentasi di Sungai Tulis mulai berkurang sejak petani di Desa Babadan menanam kopi.