Banjarnegara Jadikan Kopi sebagai Tanaman Konservasi Lahan
Kepala KPw BI Purwokerto, Agus Chusaini, mengatakan Program LED Kopi dengan tema “Sejuta Pohon Kopi untuk Konservasi dan Peningkatan Ekonomi Petani” tersebut dilatarbelakangi topografi wilayah Banjarnegara sangat bervariasi dengan kontur sebagian besar berbukit dan mempunyai struktur tanah yang labil menyebabkan 70 persen wilayah kabupaten itu dinilai rawan longsor.
Di sisi lain, kata dia, pertanian hortikultura seperti sayuran, kentang, dan salak sebagai komoditas unggulan Kabupaten Banjarnegara sedang diliputi permasalahan klasik, yaitu munculnya hama penyakit serta ketidakpastian harga pada saat panen.
Komoditas-komoditas tersebut juga diduga menjadi faktor yang meningkatkan risiko kejadian longsor mengingat tanaman tersebut mempunyai spesifikasi akar serabut yang tidak mampu mencengkram tanah.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka program pengembangan kopi sebagai pendorong ekonomi dan konservasi sangat strategis diterapkan di Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Banjarnegara,” katanya.
Ia mengatakan dipilihnya kopi sebagai tanaman konservasi dikarenakan selain mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, komoditas tersebut juga memiliki nilai strategis sebagai tanaman konservasi tanah dan air.
Kopi mempunyai akar tunggang yang kuat sampai kedalaman 3 meter, akar lateral sampai sepanjang 2 meter, dan membentuk anyaman ke segala arah. “Sifat ini dapat melindungi dan memegang tanah dari daya erosi,” katanya.
Lebih lanjut, Agus mengatakan berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, menunjukkan bahwa kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup berpotensi untuk dikembangkan terutama jika dilihat dari proporsi luas lahan tanaman kopi.