Warga Minang Rua Mencium Aroma Belerang GAK
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Sebagian warga yang tinggal di wilayah pesisir Lampung Selatan, mulai mencium aroma belerang atau sulfur. Aroma tersebut berasal dari asap Gunung Anak Krakatau (GAK).
Muhtarom, warga Dusun Minang Rua, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan menyebut, aroma belerang tercium di perairan dan udara. Kondisi tersebut mulai dirasakan sejak Kamis (3/1/2019), saat GAK mengalami erupsi dengan kolom abu cukup tinggi. Meski mencium aroma belerang, Muhtarom mengaku tidak khawatir. Asap GAK terbawa angin, sehinga sebagian debu mengandung belerang terjatuh di perairan. Aroma belerang cukup terasa sejak pagi hingga siang, dan lambat laut berkurang.
Angin yang bergerak ke timur, membuat aroma belerang tidak tercium meski aktivitas GAK masih terus terlihat, mengeluarkan asap. Meski GAK terlihat mengeluarkan asap, warga dalam beberapa hari terakhir, tidak terdengar suara dentuman. Kondisi perairan di Pantai Minang Rua, masih terlihat normal meski sebagian nelayan belum berani melaut.
Warga lainnya, Irwansyah, menyebut, aroma belerang terkadang tercium namun, terkadang tidak. Arah angin yang kerap berubah, yang menjadikan hal tersebut terjadi. Saat angin mengarah ke barat, asap yang mengandung aroma belerang akan tercium oleh warga. “Hingga Jumat siang ini, aroma belerang masih tercium, sebagian terbawa asap, namun sebagian aroma belerang berasal dari material batu, pasir apung yang terbawa oleh air laut dan terdampar di wilayah perairan pantai,” terang Irwansyah, Jumat (4/1/2019).
Irwansyah menyebut, warga pesisir Bakauheni belum berani beraktivitas. Asap vulkanik GAK yang mengarah ke perkampungan, membuat mata terasa pedih dan napas sesak. Hal itu membuat warga harus mengenakan masker.