Produksi Batu Bata di Lamsel Terhambat Hujan
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Hujan yang melanda wilayah Bakauheni, Lampung Selatan, selama hampir sebulan lebih, menyebabkan terhambatnya proses produksi batu bata di wilayah tersebut. Hamid, salah satu perajin batu bata di Dusun Cilamaya, Bakauheni, menyebut hujan membuat proses pencetakan dan pengeringan batu bata lebih lambat dibanding kondisi normal. Menurutnya, pada kondisi normal bisa menjemur batu bata maksimal selama dua hari, kini lebih lama selama sepekan.
Proses pengeringan batu bata mengandalkan sinar matahari, membuatnya harus membeli plastik penutup. Plastik penutup bata, menjadi salah satu solusi mencegah batu bata yang sudah dicetak tidak hancur akibat tersiram air hujan. Sebagian adonan tanah untuk pembuatan batu bata, sementara waktu tetap dicetak di tobong atau gudang penyimpanan batu bata.

“Produksi batu bata tetap harus dilakukan untuk memenuhi pesanan warga yang akan membuat bangunan, dengan jumlah bata yang harus saya buat berjumlah enam ribu,” terang Hamid, saat ditemui Cendana News, Rabu (23/1/2019).
Pembuatan batu bata masih menjadi usaha pokok bagi warga di Dusun Cilamaya, Desa Bakauheni, setelah lahan pertanian tergusur proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).
Pembuatan batu bata memanfaatkan tanah yang sebagian dibeli dari wilayah lain, sementara pasokan air diperoleh dari Sungai Kubang Gajah yang mengalir di wilayah tersebut. Pengeringan batu bata akan semakin cepat saat musim kemarau, dan lebih lambat saat musim penghujan.
Proses produksi batu bata di wilayah tersebut, kata Hamid, dibuat secara manual menggunakan alat cetak terbuat dari kayu. Satu cetakan batu bata berisi lima buah, dengan produksi harian mencapai 200 hingga 500 batu bata.