Gagal Panen Berimbas Kenaikan Harga Sayur Mayur
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Harga sayur yang dijual pedagang di sejumlah pasar tradisional di Lampung Selatan naik. Kenaikan disebut-sebut sudah terjadi sejak dari petani.
Wiji (52), salah satu pedagang sayur di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, menyebut, kenaikan harga sayur sudah terjadi di petani. Kenaikan terjadi, akibat kondisi cuaca yang kerap berubah, dan berimbas petani sayur mayur gagal panen.
Wiji membeli sayur langsung dari petani. Sayur kemudian dijual menyesuaikan pasar tradisional yang beroperasi. Sayur yang di awal 2019 harganya naik adalah, kacang panjang, terong, sawi,buncis,janten atau jagung muda, jagung manis. “Kondisi cuaca mengakibatkan sejumlah komoditas sayuran gagal panen, meski sebagian tetap menghasilkan, namun jumlahnya terbatas, sehingga harga menjadi lebih mahal,” terang Wiji, Sabtu sore (26/1/2019).
Harga sayur mayur di petani, mengalami kenaikan rata-rata Rp1.000 hingga Rp2.000. Imbasnya, harga eceren ikut melonjak. Sementara, permintaan di pasar juga mengalami peningkatan. Di lapak Wiji, harga tomat semula Rp9.000, sekarang naik menjadi Rp11.000. Kacang hijau semula Rp4.000 perikat, naik menjadi Rp6.000 perikat.
Terong bulat serta terong panjang, semula Rp3.000 naik menjadi Rp4.000 perkilogram. Sawi semula Rp1.000 perikat, naik menjadi Rp2.000 perikat. Janten atau jagung muda semula Rp5.000 naik menjadi Rp7.000 perkilogram.
Hardi (54), pengecer sayur di pasar tradisional Pasuruan menyebut, kenaikan harga dari petani merupakan imbas kondisi cuaca. Belum meratanya hujan di wilayah tersebut menjadi salah satu penyebabnya.
Sejumlah lahan pertanian harus mengalami kekeringan, dan tidak berbuah akibat panas. Petani memilih menebang tanaman jagung untuk dijadikan pakan ternak sapi dan kerbau. “Sepekan terakhir memang hujan turun, namun persoalan yang dihadapi petani, tanaman jagung sudah dalam kondisi melewati masa berbunga, sehingga sulit berbuah,” tandas Hardi.