Tembus Luar Jawa, Pemasaran Kerajinan Bambu Masih Tradisional

Editor: Satmoko Budi Santoso

Rutinitas tersebut berjalan sudah puluhan tahun. Hasil kerajinan bambu yang dipasarkan yaitu aneka jenis kursi malas, kursi tamu serta sofa bambu. Sahidin bersama para pekerjanya memang terbilang cukup kreatif.

Perajin bambu lainnya, pada umumnya hanya membuat kursi malas. Namun, Sahidin membuat terobosan dengan memanfaatkan bambu-bambu yang bengkok, dirangkai menjadi sofa bambu.

ʺAwalnya, bambu yang bengkok ini tidak terpakai dan dibuang. Saya berpikir bagaimana cara memanfaatkannya. Akhirnya jadilah ide membuat sofa dan ternyata disukai oleh pasar,ʺ tutur ayah empat anak ini.

Untuk sofa letter L, Sahidin mematok dengan harga Rp 1,7 juta dan sofa letter U dengan harga Rp 2,5-3 juta. Tidak berhenti sampai di situ, Sahidin juga terus berkreasi dengan membuat berbagai barang rumah tangga dari bambu, seperti meja TV, tempat rice cooker, meja makan hingga tempat tidur.

Akses Modal

Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Asekbang) Setda Banyumas, Didi Rutwianto, mengatakan, jumlah UMKM di Kabupaten Banyumas mencapai 300 ribuan dan sangat menopang perekonomian.

Namun, selama ini akses UMKM terhadap program kredit dari lembaga keuangan masih minim, sehingga masih banyak UMKM yang berjalan dengan cara tradisional, termasuk dalam memasarkan produk. Padahal, lembaga keuangan sendiri mempunyai banyak dana untuk disalurkan.

ʺUMKM ini memang cukup banyak, namun sebagian besar memang masih memasarkan produk secara tradisional. Hal ini karena mereka masih memiliki keterbatasan dalam hal permodalan atau pun penguasaan teknologi.

Biasanya UMKM yang berbasis di desa, seperti perajin bambu di Desa Kemutug, itu kan di lereng Gunung Slamet. Tetapi untuk UMKM yang di perkotaan atau dikelola oleh anak muda, biasanya sudah memanfaatkan internet untuk memasarkan produk,ʺ jelasnya.

Lihat juga...