Tawur, Kearifan Lokal Nelayan Pesisir Lamsel

Editor: Mahadeva WS

Proses pemasangan tawur, diawali dengan meletakkan pangkal jaring di daratan. Kemudian, jaring diulur melingkar hingga ke laut pada jarak tertentu. Ujung lain jaring payang, akan ditarik menepi ke pantai dengan jangkauan ratusan meter. “Setelah seluruh jaring ditebar ke laut, proses penarikan oleh nelayan di darat dilakukan hingga seluruh jaring terangkat,” beber Mukmin.

Nelayan lain, Subandi (40), menyebut, tawur sudah menjadi kegiatan rutin nelayan Way Muli setiap sore. Pemilihan waktu di sore hari, karena di waktu tersebut, ikan laut sering berkumpul, terutama untuk ikan pelagis atau ikan bergerombol. Beberapa ikan yang kerap diperoleh adalah, ikan teri lemet, teri jengki, tanjan, tongkol, ikan teri nasi, layur bahkan jenis ikan simba dan penyu. Perolehan ikan, menyesuaikan musim. Sehingga setiap harinya, ikan yang diperoleh beragam, namun dominasinya ikan teri.

Saat jaring payang ditarik pada proses tawur, ikan yang diperoleh bisa mencapai 50 hingga 100 kilogram. Setiap perempuan yang ikut menarik jaring payang, akan mendapatkan bagian satu hingga dua ember untuk dijual. “Ikan yang diperoleh dibeli oleh para perempuan pelele, dengan kesepakatan kelompok tawur, agar tetap memperoleh hasil sebagai pengganti lelah saat proses menarik jaring,” terang Subandi.

Melalui sistem tawur, pendapatan yang diperoleh perember bisa mencapai Rp80.000 hingga Rp100.000. Sekali putaran tawur, selama hampir beberapa jam, satu kelompok bisa memperoleh uang antara Rp600ribu hingga Rp1juta. Pendapatan tersebut,  dibagi rata sesuai jumlah penarik jaring.

Semakin banyak ikan diperoleh, tentu saja semakin banyak uang yang didapat. Saat musim ikan teri nelayan bisa membawa pulang uang Rp250.000 hingga Rp350.000 perorang. Sebaliknya saat ikan sulit diperoleh, nelayan hanya bisa membawa pulang Rp30.000 hingga Rp50.000.

Lihat juga...