PHRI: Bali Sumbang Devisa Negara, 8 Miliar USD

Editor: Koko Triarko

BADUNG – Direktur   Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Ida Bagus Purwa Sidemen, menyatakan Provinsi Bali sebagai tempat tujuan wisata, menyumbang 40 persen atau sekitar 8 miliar USD devisa negara.
Angka itu diperoleh dari sektor pariwisata, dengan total kunjungan wisatawan mancanegara hingga Oktober 2018 sebanyak 4,1 juta, dari target kunjungan wisman 6,5 juta di Pulau Dewata. Ada pun wisatawan terbanyak berasal dari negara Tiongkok.
Orientasi masyarakat di Bali telah berubah, dari yang semula merupakan masyarakat agraris dengan mata pencaharian sebagai petani, menjadi masyarakat pelaku penyedia tempat wisata, dan hal ini juga berdampak meningkatnya kesejahteraan warga Bali dari pendapatan per kapita.
Direktur   Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Ida Bagus Purwa Sidemen. -Foto: Sultan Anshori.
“Saat ini, hampir semua wilayah di Pulau Bali melakukan pembangunan yang berorientasi pada sektor wisata. Kami dari PHRI juga sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi nasional, yang juga sejalan dengan program kegiatan PHRI, untuk meningkatkan kemajuan sektor pariwisata, terutama di pulau Bali,“ ujar Purwa Sidemen, dalam diskusi publik bertema Pembangunan Ekonomi Nasional, Capaian dan Problematika yang diselenggarakan oleh Mandiri Djaya di Bali, Sabtu (1/12/2018).
Sementara itu, Bali Azka Subhan, narasumber dari Bank Indonesia menyampaikan data-data statistik perekonomian nasional, khususnya Provinsi Bali.
Menurutnya, kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2018, mengalami pertumbuhan 6,24 yoy, sementara inflasi pada Oktober 2018 tercatat sebesar 3,62 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding Triwulan III sebesar 3,60 persen (yoy).
“Sejumlah tantangan yang dihadapi ekonomi Bali ke depan antara lain tingginya ketergantungan ekonomi Bali pada bidang usaha pariwisata, turunnya kualitas wisman serta tingginya alih fungsi lahan,” katanya.
Sebelumnya dalam acara yang sama, Dr. Panutan S. Sulendrakusuma, dari Lemhanas RI, mengklaim, data statistik saat ini menunjukkan dalam kurun waktu empat tahun (2014-2018), pertumbuhan ekonomi stabil, dan bahkan meningkat.
“Saya pikir, pembangunan ekonomi negara kita tetap berjalan sesuai dengan track-nya. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas lima persen. Pertumbuhan itu terkait tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat,” katanya.
Diakuinya, dalam mewujudkan ‘mimpi’ tersebut, tentu ada problem yang akan dihadapi. Problem tersebut dibagi dua faktor, yaitu problem yang tercipta karena faktor global, dengan penerapan sistem ekonomi terbuka. Selain itu, besarnya negara dengan kompleksitas masalah sosial.
“Tetapi, upaya yang dilakukan oleh pemerintah saat ini sudah maksimal. Misalnya, terkait masalah defisit infrastruktur yang saat ini sedang digenjot oleh pemerintah Pusat. Rencananya, di tahap selanjutnya akan dilakukan investasi human capital,” pungkasnya.
Lihat juga...