Korban Bencana di Sulteng Harap Hadirnya Pemerintah

Ilustrasi - Pengungsi -Dok: CDN

Masalah muncul pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi, berentetan di tengah-tengah kesulitan masyarakat. Kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan saudara menambah derita batin warga korban terdampak bencana.

Kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan oleh korban untuk membantu, meringankan beban dan derita yang dialami, agar segera bangkit dari keterpurukan.

“Warga sangat butuh kehadiran pemerintah. khususnya Donggala. Hentikan semua seremonial dan pencitraan, harus mulai dengan keikhlasan dan keseriusan membangun masyarakat,” ucap salah seorang korban gempa dan tsunami di Kecamatan Sidue, Donggala, Mohammad Hamdin.

Desa Lero dan Lero Tatari di Kecamatan Sindue, menjadi wilayah terdampak terparah di kecamatan itu. Data terkini yang tercatat di Posko Pengungsian, sebanyak 300 kepala keluarga Desa Lero dan 200 KK Desa Lero Tatari, hidup di tempat pengungsian.

Hamdin menguraikan, terdapat 10 unit rumah hilang, 106 unit rumah roboh yang dihuni lebih dari 250 keluarga. Sisanya rusak sedang dan ringan di Desa Lero. Karena itu, korban sampai saat ini masih tidur di bawah tenda terpal di Lapangan Sanggola, Dusun 01 Pompaya, Desa Lero. Tercatat sekitar 1.200 jiwa mengungsi di lapangan tersebut.

Hingga kini, warga masih tinggal di tenda-tenda terpal di lokasi pengungsian itu. Banyak masalah yang timbul di lokasi pengungsian, mulai dari minimnya ketersediaan sarana kesehatan, listrik dan ketersediaan air bersih.

“Tidak ada lain yang diharap. Pemerintah harus hadir, bantu masyarakat, bangun kembali kesejahteraan warga korban bencana,” kata Hamdin.

Menurut data jumlah pengungsi yang disampaikan Bupati Donggala Kasman Lassa, terdapat 36.343 jiwa pengungsi di Donggala dari 104 desa, sembilan kelurahan di 11 kecamatan. Pemkab Donggala baru memulai membangun huntara melibatkan pemerintah pusat, badan usaha dan relawan sekitar 395 hunian sementara atau sekitar 4.740 bilik/kamar.

Lihat juga...