Beternak Kelinci Jadi Pilihan Warga di Lereng Gunung Merapi

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Beternak kelinci menjadi pilihan sejumlah petani di kawasan lereng Gunung Merapi sebagai usaha sambilan. Selain menggarap sawah serta lahan perkebunan, budidaya kelinci untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Kelinci dipilih, karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan usaha ternak lainnya seperti ayam. Selain itu juga tergolong relatif lebih minim resiko karena tidak mudah terkena penyakit menular.

“Dibandingkan sapi, beternak kelinci lebih ringan. Baik secara modal maupun tenaga. Selain itu resiko kerugian juga kecil. Tidak seperti sapi atau ayam. Misal sapi sampai mati terkena erupsi kan rugi jutaan. Begitu juga ayam, sekali terserang penyakit, langsung menular dan semua kena. Kalau kelinci kan tidak,” ujar Mujiono, salah seorang warga Mujiono, asal Kepuharjo Cangkringan Sleman, Jumat (7/12/2018).

Pria satu ini membudidayakan sejumlah jenis kelinci baik hias maupun pedaging seperti jenis Rex, Australia hingga Lion. Memanfaatkan kandang di lahan tak terlalu luas ia memelihara belasan indukan yang terdiri dari 3 pejantan dan 8 ekor betina. Dalam sekali beranak seekor indukan bisa melahirkan sebanyak 9 anakan.

“Dalam sebulan bisa beranak sekitar 5-9 ekor. Untuk nilai jualnya 40ribu per kilo hidup. Satu ekor kelinci sendiri biasanya beratnya 2 kilogram,” ungkapnya.

Mujiono, Warga asal Kepuharjo Cangkringan Sleman. Foto: Jatmika H Kusmargana

Untuk pakan sendiri, Mujiono memberikan campuran pakan pabrikan dan pakan alami. Pakan pabrikan berupa pelet biasa ia beli dengan harga Rp6000 per kilo. Sementara untuk tambahan hijauan ia berikan rumput-rumputan segar yang ia cari di ladang

Lihat juga...