Tumpek Bubuh, Momentum Kenalkan Tabulampot ke Warga Denpasar

Ilustrasi tabulampot - Foto Istimewa

DENPASAR – Pameran Tanaman Buah Dalam Pot (tabulampot), digelar di Rumah Budaya Penggak Men Mersi (PMM) Kesiman, Denpasar, mengisi acara perayaan ritual Tumpek Bubuh.

“Kegiatan ini sekaligus mengajak masyarakat perkotaan kembali mengimplementasikan ritual Tumpek Bubuh, atau Tumpek Pengatag atau Tumpek Wariga bagi umat Hindu di Bali. Tumpek Bubuh merupakan hari suci untuk memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kesuburan,” kata Kadek Wahyudita, Klian (Ketua) Rumah Budaya PMM, Rabu (28/11/2018).

Wahyudita menyebut, biasanya tumbuhan yang diupacarai saat Tumpek Bubuh adalah kelapa dan tanaman buah, yang biasa tumbuh di pekarangan atau teba (areal belakang rumah) masyarakat Bali. “Akan tetapi, kini seiring dengan laju perkembangan zaman, khususnya di Kota Denpasar, masyarakat tidak lagi memiliki teba, sehingga sangat jarang dijumpai pohon buah-buahan, yang diupacarai pada saat Tumpek Bubuh. Dampaknya Tumpek Bubuh secara perlahan mulai tidak dipahami maknanya oleh generasi kekinian,” jelasnya.

Ucapan khas saat upacara Tumpek Pengarah, yaitu Kaki – kaki i dadong dije? Dadong ye jumah gelem, gelem nged ngeed ngeed. Penggalan syair mantra sesontengan tersebut, diucapkan tatkala masyarakat Hindu Bali, menghaturkan sesajen pada tumbuh-tumbuhan saat Tumpek Bubuh, yang dirayakan setiap 210 hari sekali itu.

“Untuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut, Penggak Men Mersi, dalam perayaan Tumpek Bubuh, akan menggelar pameran tanaman buah dalam pot (tabulampot). Tujuan pameran ini adalah untuk kembali memaknai Tumpek Bubuh,” ucapnya.

Keberadaan tabulampot, bertujuan untuk mengenalkan berbagai tanaman buah langka, yang kini jarang ada di perkotaan. Seperti tanaman buah juet, kelengkeng, dan boni. Nyoman Pusika, pegiat Tabulampot asal Desa Kesiman, Denpasar, menyebut, generasi perkotaan banyak yang terkesan melupakan ritual Tumpek Bubuh.

Lihat juga...