Tanaman Hias Reduksi Polusi Udara

Editor: Koko Triarko

BOGOR – Laporan World Health Organization (WHO), menyebutkan di seluruh dunia ada 1,8 miliar anak di bawah umur 15 tahun dan 630 juta anak di bawah 5 tahun, yang memiliki risiko tinggi terpapar udara yang beracun akibat polusi udara.
Data WHO pada 2016, menunjukkan adanya 600.000 anak-anak di bawah 15 tahun yang meninggal, karena infeksi akut pada saluran pernafasan, akibat paparan udara yang mengandung bahan berbahaya.
Polusi udara yang terjadi di seluruh dunia saat ini, menurut WHO, mempengaruhi sirkulasi udara di dalam dan di luar rumah dan gedung.
Hal ini terbukti dengan adanya temuan konsentrasi partikel berbahaya berukuran kecil (kurang atau setara dengan 2,5 mikrometer) dalam kandungan udara, terutama di kota-kota besar dunia.
Polusi udara ini dinyatakan mampu untuk meningkatkan risiko tinggi pada kesehatan anak-anak, lebih tinggi dibandingkan orang dewasa, terutama pada penyakit-penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan. Seperti asma, inflamasi pada saluran pernapasan, penurunan fungsi paru hingga kanker.
Staf Afro Taman Buah Mekarsari, Sodikin, menyatakan polusi udara yang terjadi saat ini sebenarnya bisa dikurangi dengan penanaman tanaman di pekarangan rumah.
Staf Afro Taman Buah Mekarsari, Sodikin, menunjukkan tanaman Air Mata Pengantin -Foto: Ranny Supusepa
“Masalahnya adalah polusi udara yang terjadi di kota-kota besar itu tidak ada yang menghalangi. Tidak ada pohon dan tumbuhan yang membantu untuk menyaring. Semuanya sudah digantikan oleh gedung-gedung dan perumahan. Ditambah saat ini, rumah-rumah juga tidak punya pekarangan, jadi tidak ada peluang untuk menanam tanaman,” kata Sodikin, Kamis (15/11/2018).
Karena itu, Mekarsari mencoba mengembangkan tanaman-tanaman di dalam pot maupun pengembangan tanaman yang ditanam secara vertikal, atau yang lebih sering disebut vertikultur.
“Kita mencoba menunjukkan kepada pengunjung dan masyarakat secara luas, bagaimana tetap bisa menghadirkan tanaman-tanaman di pekarangan atau di teras rumahnya, walaupun tidak ada lahan yang memadai,” ucap Sodikin.
Seperti penggunaan tanaman hias, yang walaupun ukurannya kecil, tapi bisa membantu memberikan udara yang lebih baik.
“Kalau ada space sedikit bisa ditanam pohon yang memiliki akar kuat, sehingga jika tumbuh besar, daunnya akan mampu menyaring udara, akarnya akan menahan air dan pohonnya secara keseluruhan juga akan mampu untuk membantu menyaring suara bising dari jalanan. Sehingga polusi udara tertangani, polusi suara juga teredam,” papar Sodikin.
Salah satu tanaman hias, yang diungkapkan Sodikin, sebagai alternatif tanaman di pekarangan yang sempit adalah Air Mata Pengantin.
“Air mata pengantin ini sering menjadi pilihan orang untuk menutupi pagar atau pergola, sehingga menjadikannya sebagai pagar hijau. Bunganya yang berwarna merah muda sangat cantik dan menggerombol. Perawatannya sangat mudah, hanya perlu pemangkasan pada daun yang sudah tua untuk memberi kesempatan cabang baru tumbuh,” kata Sodikin, seraya menunjukkan jalaran Air Mata Pengantin di Area Nursery Taman Buah Mekarsari.
Menurutnya, pengembangbiakannya juga tidak susah dan gampang menjalar. Hanya perlu diberikan tempat untuk menjalar, seperti tiang dari bambu atau di pagar saja.
“Jika terjadi penyerbukan, maka akan muncul biji yang berwarna hitam. Biji ini bisa disemaikan untuk perkembangbiakan. Kalau ingin yang sudah jadi, di Mekarsari kita menjual yang ditanam dalam bentuk pot dengan ajir (rangkaian penyangga dari bambu) untuk jalaran batangnya,” ucap Sodikin.
Alternatif tanaman untuk membantu mengurangi polusi udara adalah tanaman-tanaman besar yang dikembangbiakkan Mekarsari di drum.
Menurut Sodikin, pengunjung bisa memilih varian tanaman, mulai dari tanaman yang menghasilkan buah seperti mangga, jambu maupun manggis. Atau bisa juga yang hanya ingin mendapatkan manfaat tanaman berdaun rimbun, seperti beringin, bintaro atau sejenisnya.
“Untuk di teras, alternatif mini garden bisa menjadi pilihan pengunjung. Kita memiliki beberapa paduan dari jenis perdu, sukulen-sukulenan, anthurium, kemuning dan beberapa tanaman lainnya yang sudah disusun dalam satu tempat, sebagai alternatif tanaman hias,” ujarnya.
Bisa juga menggunakan tanaman yang memiliki kecenderungan bergerombol lainnya, tapi juga memiliki manfaat, seperti bunga Telang, yang bunganya bisa digunakan untuk kesehatan maupun Stevia yang bisa diolah menjadi pengganti gula.
“Dengan pengembangan yang dilakukan Mekarsari saat ini, sebenarnya pengunjung bisa tetap memiliki tanaman di halaman maupun terasnya. Sekarang tinggal orangnya saja, mau memilih yang mana,” pungkas Sodikin.
Lihat juga...