Dinkes Catat 52 Kasus DBD di Singkawang
Upaya pencegahan, kata dia, sebagai hal penting ketimbang memberikan penanganan. Upaya pencegahan, sudah dilakukan sejak Januari 2017, antara lain melalui pemetaan terhadap daerah-daerah yang rawan penyebaran DBD.
“Untuk tahun 2017 ada sekitar 200 lebih RT yang berwarna merah dan kuning. Dari pemetaan itu, cuma ada dua kelurahan saja yang tidak ada kasus DBD, yakni Kelurahan Sanggau Kulor dan Bagak Sahwa,” katanya.
Bahkan, di Sanggau Kulor dua tahun berturut-turut (2016-2017) belum ditemukan kasus DBD.
“Untuk di tahun ini belum dilakukan pemetaan,” ujarnya.
Meski demikian, dia sudah bisa memprediksikan jika tiga kelurahan, seperti Pasiran, Roban, dan Kuala rentan kasus DBD.
“Karena setiap tahunnya tiga daerah ini selalu ada kasus DBD dan kasusnya juga terbilang tinggi,” ungkapnya.
Pada 2017, kasus tertinggi khusus di Kecamatan Singkawang Tengah adalah Kelurahan Roban, Kecamatan Singkawang Barat adalah Kelurahan Pasiran, dan Kecamatan Singkawang Selatan adalah Kelurahan Sedau.
“Tiga kelurahan ini sudah pasti ada kasus DBD-nya setiap tahun,” katanya.
Khusus daerah yang selalu ada kasus DBD, disarankan pihaknya untuk selalu menggalakan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) apabila memasuki musim penghujan.
Di samping itu, pemberian abatisasi dalam setahun empat kali mengingat abate hanya efektif sampai tiga bulan.
“Pemberian abatasisasi ini kita gunakan para kader, karena sasarannya bukan hanya pada rumah tapi juga sekolah-sekolah,” katanya.
Pada 2017, katanya, 100 lebih RT di Kota Singkawang yang diberikan abatisasi.
“Alhamdulillah, upaya pencegahan yang dilakukan membuah hasil, di mana kasus DBD di Kota Singkawang turun di urutan paling bawah dari 14 kabupaten/kota yang ada di Kalbar,” ujarnya.