Anak Berkebutuhan Khusus, Penggerak Inkubator Bisnis

Editor: Satmoko Budi Santoso

Sekitar 2013, ia mendirikan Inkubator Bisnis Permata Bunda. ini bukan sekadar tempat usaha, melainkan jawaban atas kegamangan anak asuhnya setelah selesai menjalani pendidikan.

Umumnya, anak-anak SLB tak tahu harus ke mana setelah sekolah. Bekerja rasanya sulit. “Ini merupakan program jangka panjang yang berkesinambungan. Tujuannya mengantarkan anak anak berkebutuhan khusus memiliki usaha sendiri, sehingga tidak bergantung dengan orang lain,” ujar Anggi, Selasa (6/11/2018).

Alurnya, anak-anak lulus SLB Permata Bunda, kemudian belajar dan magang di Inkubator Bisnis. Lalu mendirikan usaha sendiri.

Saat ini sudah ada lima cabang usaha, yaitu bidang desain interior dan penyediaan wallpaper. Nama unit usahanya Pola. Kemudian sekolah komunikasi publik bernama Bota, jasa pencucian kendaraan sekaligus bengkel dengan nama usaha Zing.

Ada juga produksi digital printing dan advertising Jaici, dan penjualan merchandise serta pakaian dengan nama Om Adut. Salah satu produk yang dihasilkan juga digunakan perusahaan di Kalimantan Timur yaitu Pupuk Kaltim.

Saat ini, dari 42 anak berkebutuhan khusus, sebanyak 37 di antaranya melanjutkan pelatihan serta pemagangan program Inkubator Bisnis. Meski statusnya masih tenaga magang, mereka juga mendapatkan upah. Mulai dari Rp750 ribu sampai Rp1,9 juta.

“Penghasilannya lebih besar dari pengajar di sini,” kata Anggi, tersenyum. Tahun lalu, penghasilan kotor dari seluruh lini usaha Inkubator Bisnis, mencapai Rp700 juta.

Tak hanya menghasilkan keuntungan, Inkubator Bisnis juga menelurkan usahawan dari anak-anak ini. “Sudah ada tiga anak yang berhasil meluncurkan usaha. Satu di bidang merchandise, kemudian fotografi, dan bengkel,” ungkap dia.

Lihat juga...