Anak Berkebutuhan Khusus, Penggerak Inkubator Bisnis

Editor: Satmoko Budi Santoso

BONTANG – Perasaan gamang setelah lulus sekolah dihadapi hampir semua remaja di Indonesia. Bukan hanya persoalan melanjutkan pendidikan ke mana. Memilih jurusan apa. Banyak juga yang khawatir, akan bekerja di mana?

Bermula dari pertanyaan salah satu anak asuhnya itu, Anggi Valentino Goenadi (30), melepas jabatan yang cukup bergengsi di sebuah perusahaan swasta.

“Saya akhirnya fokus mengelola sekolah ini,” kata Anggi. Sekolah yang dimaksud adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) Permata Bunda yang didirikan dan dikelola mertuanya. Murid-muridnya adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang datang dari berbagai penjuru Kota Bontang, Kalimantan Timur.

Lulus sekolah bagi remaja yang tidak memiliki kebutuhan khusus, bisa menjadi masalah.

“Apalagi bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Masalahnya bisa jauh lebih besar,” imbuh dia. Ia benar-benar mantap melepas karirnya sebagai Legal & Public Relations PT Black Bear Resources Indonesia di Bontang. Bukan tanpa sebab. Setelah mertuanya meninggal, praktis hanya sang istri, Siti Marlina, yang menjalankan amanah mendidik itu.

Anggi awalnya tidak tertarik mengambil alih sekolah ini, lantaran secara bisnis tidak menguntungkan. Dari puluhan murid yang diasuh, hanya beberapa yang rutin membayar iuran sekolah. Padahal, sekolah ini harus menggaji sejumlah guru.

“Bantuan dari pemerintah untuk SLB sangat kecil. Jadi secara hitungan bisnis tidak masuk akal,” kata dia.

Untuk membiayai operasional sekolah, Anggi bekerja serabutan. Mulai jualan wallpaper, membuka cucian mobil, sablon, dan lain-lainnya. Dari sinilah muncul ide untuk berkolaborasi dengan anak-anak asuhnya yang selesai sekolah.

Lihat juga...