Sabut Kelapa, Bahan Bakar Alternatif Pengganti Arang

Editor: Koko Triarko

DENPASAR – Sabut kelapa bagi sebagian orang mungkin hanya dianggap sebagai limbah. Namun, bagi para pemilik warung makan yang menyediakan menu bakar, sabut kelapa menjadi bahan bakar yang sangat dibutuhkan. Permintaan yang tinggi membuat harga sabut kelapa di pasaran pun lumayan cukup tinggi.
Putu Suardana, penjual sabut kelapa mengatakan, sabut kelapa per 25 biji  dijual seharga Rp15.000. “Harganya cukup tinggi, karena banyaknya permintaan dari pemilik warung bakar,” ucap Putu Suardana, saat ditemui sedang mengantar pesanan sabut kelapa di kawasan warung ikan bakar di Serangan, Denpasar,  Selasa (16/10/2018).
Menurut Suardana, sabut kelapa diperoleh langsung dari usaha kelapa milik usahanya sendiri. Ketimbang sabut kelapa itu dibuang, akan lebih baik dijual dan bernilai ekonomis. Katanya lagi, kelapa tersebut ia pasok dari dua Kabupaten di Bali timur, yaitu di Kabupaten Klungkung dan Karangasem.
Putu Suardana, penjual sabut kelapa di Denpasar. -Foto: Sultan Anshori.
“Kelapanya saya ambil langsung dari petani di sana. Untuk harga kelapa dihargai sebesar Rp2.300 per butir. Sementara untuk harga jual kepada pembeli menjadi Rp5.000.
“Total modal dari petani hingga sampai ke gudang kami di Denpasar sebesar Rp3.200. Itu sudah masuk biaya ongkos dan bensin serta sopir,” imbuhnya.
Selain memasok sabut kelapa ke beberapa warung di pulau Serangan, Suardana juga melayani permintaan dari para pemilik warung ikan bakar di kawasan pantai kedonganan. Rata-rata setiap hari dirinya bisa mengirim ribuan sabut kelapa dengan menggunakan mobil boks.
“Biasanya kita layani borongan ,” kata pemuda usia 30 tahun ini.
Sabut kelapa memang sebagian besar digunakan oleh para pemilik warung makan dengan menu bakaran, untuk dijadikan pembakar pengganti arang. Selain lebih mudah didapat, sabut kelapa juga tidak kalah fungsinya dengan arang. Sama-sama bisa memaksimalkan ikan yang dibakar, karena lebih matang.
Wayan Bledor, pemilik warung makan di pulau Serangan, mengaku sudah menggunakan sabut kelapa sebagai bahan bakar. Hampir setiap satu bulan sekali ia memesan sabut kelapa.
“Enak saja pakai sabut kelapa. Lebih meresap saat proses pembakaran,” kata bapak dengan satu anak ini.
Hanya saja, katanya, saat menggunakan sabut kelapa pada saat musim hujan kewalahan, karena harus mencari tempat untuk bisa melindungi sabut-sabut kelapa itu dari air hujan.
“Ya, hanya saja sedikit memakan tempat karena sabut kelapa bentuknya banyak. Beda dengan arang, diwadahi pembungkus beras sudah bisa. Kalau sabut kelapa tidak bisa. Paling tidak ya kita tutup dengan terpal, agar tidak terkena air hujan,” pungkasnya.
Lihat juga...