Perang Dagang Amerika dan China, Harga Minyak Jatuh
Amerika Serikat telah mengenakan tarif atas barang-barang China senilai 250 miliar dolar AS, dan China telah merespon dengan tarif balasan atas barang-barang AS senilai 110 miliar dolar AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin (29/10), dia pikir akan ada “sebuah kesepakatan besar” dengan China tentang perdagangan, tetapi memperingatkan bahwa dia memiliki miliaran dolar AS tarif baru yang siap untuk diterapkan jika kesepakatan itu tidak mungkin.
Trump mengatakan, dia ingin membuat kesepakatan sekarang, tetapi China belum siap. Dia tidak merinci.
“Satu diskusi yang sedang berkembang adalah bahwa (ketegangan perdagangan) merugikan permintaan untuk minyak mentah. Mungkin ada unsur kebenaran untuk itu,” kata Bob Yawger, direktur berjangka di Mizuho New York.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan, harga minyak yang tinggi merugikan konsumen dan dapat mengurangi permintaan bahan bakar pada saat kegiatan ekonomi global melambat.
Produksi minyak dari Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, mencapai 33 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya pada September, demikian data Refinitiv Eikon menunjukkan.
Itu adalah peningkatan 10 juta barel per hari sejak awal dekade ini, dan berarti ketiga produsen itu sendiri sekarang memenuhi sepertiga permintaan minyak mentah global.
Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi baru terhadap minyak mentah Iran mulai pekan depan, dan ekspor dari Republik Islam itu sudah mulai turun. Arab Saudi dan Rusia mengatakan, mereka akan memproduksi minyak cukup untuk memenuhi permintaan setelah sanksi-sanksi AS diberlakukan.
“Fakta bahwa pelemahan harga ini berkembang tepat sebelum kick off resmi. Sanksi-sanksi minyak Iran menunjukkan pasar dipasok berlimpah di mana pasokan tambahan dibawa ke pasar jauh sebelum kemungkinan percepatan penurunan ekspor Iran,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates. (Ant)