“Artinya, dampak positif dari pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol bisa menekan apa pun yang kita butuhkan. Apalagi kalau jalan tol Cilacap-Bandung bisa terealisasi,” katanya.
Nanang mengakui adanya pro-kontra terkait dengan pembangunan jalan tol di sejumlah daerah seperti halnya yang terjadi di tol Cipali.
Dalam hal ini, kata dia, toko dan rumah makan di jalan yang lama banyak yang tutup karena sebagian besar kendaraan beralih ke tol Cipali demi memangkas waktu tempuh.
Akan tetapi dari sisi properti, lanjut dia, tidak terpusat di satu lokasi atau kawasan tertentu (aglomerasi) melainkan bergerak sehingga terjadi pemerataan.
“Penolakan terhadap pembangunan infrastruktur pasti ada karena mereka belum siap dengan dampak jangka pendeknya. Misalnya, untuk membangun tol Bandung-Cilacap mungkin butuh waktu dua hingga tiga tahun. Namun di satu sisi, sekitar 20-30 persen orang inginnya instan atau mempertanyakan apa pentingnya pembangunan jalan tol itu karena mereka belum punya mobil,” katanya.
Padahal ketika sudah ada jalan tol dan telah punya mobil, kata dia, orang-orang itu akan merasakan manfaat terutama dalam penghematan biaya operasional dan waktu tempuh juga lebih cepat. Dengan demikian, lanjut dia, waktu distribusi barang maupun jasa juga akan lebih cepat sehingga harganya bisa ditekan dan perekonomian dapat berkembang pesat. (Ant)