Mitoni Massal, Cara Pemdes Wedomartani Lestarikan Tradisi

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Sebagai salah satu peradaban tertua di dunia, masyakarat Jawa selama ini dikenal memiliki produk-produk budaya berupa tradisi yang syarat dengan nilai-nilai filosofis dan adiluhung.

Kabag Kesra Pemdes Wedomartani, Mujiburohman. Foto: Jatmika H Kusmargana

Siklus hidup manusia, yakni kelahiran, pernikahan dan kematian, selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan kehidupan masyarakat Jawa. Hal itu tercermin dari kuatnya tradisi masyarakat dalam menjalani tiga fase kehidupan ini.

Pada fese kelahiran, masyarakat Jawa memiliki tradisi yang biasa disebut Mitoni. Ini merupakan sebuah upacara khusus yang dilaksanakan untuk memperingati sekaligus memaknai usia kandungan ibu bayi saat masih berumur 7 bulan.

Namun seiring perkembangan zaman, tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun ini saat ini mulai ditinggalkan. Sebagai upaya melestarikan, sekaligus memaknai tradisi, Pemerintah Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman menggelar acara Mitoni massal.

“Mitoni merupakan tradisi masyarakat Jawa yang biasa dilakukan saat usia kandungan memasuki usia tujuh bulan. Di desa Wedomartani sendiri tradisi ini masih berjalan, meski sebagian masyarakat mulai meninggalkan,” ujar Kabag Kesra Pemdes Wedomartani, Mujiburohman.

Mujiburohman sendiri mengatakan tradisi Mitoni diperuntukkan khusus bagi pasangan yang tengah mengandung anak pertama. Tradisi ini memiliki maksud agar sang ibu dapat diberikan kemudahan dan kelancaran saat proses persalinan. Selain itu juga, sebagai bentuk doa agar ketika lahir, jabang bayi dapat lahir sehat serta menjadi anak yang berbakti dan berakhlak mulia.

Lihat juga...