Kue Tradisional Hidupi Keluarga Veronica
Editor: Mahadeva WS
Pesanan peyek selain sebagai camilan, juga kerap dipesan oleh penjual kuliner pecel, serta pemilik rumah makan berkonsep serba sepuluh ribu (Serbu), sebagai pengganti kerupuk. “Ketiga anak saya, awalnya hanya iseng membantu tetapi justru menyukai pembuatan kue tradisional, ini malah bisa menjadi cara meregenerasi keahlian pembuatan kue tradisional,” tandas Veronica.
Dari usahanya tersebut, Veronica saat ini memiliki omzet hampir jutaan rupiah perpekan. Dari pendapatannya tersebut, Dia bisa membiayai pendidikan anak-anaknya.
Randi, sang anak yang duduk di bangku SMP kelas IX menyebut, Dia mulai bisa membuat sejumlah kue tradisional sejak kelas 5 SD. Kecintaan kepada kue tradisional, yang diturunkan oleh sang ibu, membuat Dia dan saudara-saudaranya juga menekuni usaha tersebut. Sekolah yang telah menerapkan sistem sekolah lima hari, membuat Dia memiliki waktu cukup banyak, membantu usaha sang ibu. Sementara sang ayah, kerap memasarkan kue tradisional ke Jakarta, dan sejumlah toko oleh-oleh di Lampung.
Sebagai anak laki-laki, Randi tidak merasa malu, untuk melestarikan kue tradisional tersebut. Sebagian kawan perempuan yang tidak bisa membuat kue tradisional, kerap meminta belajar kepadanya. Proses mencetak, hingga memanggang kue brownies, bahkan bisa dikerjakan olehnya bersama sang adik. Meski masih muda Dia mengaku tertarik menekuni usaha pembuatan kue tradisional, sembari belajar membuat sejumlah kue kekinian.