Hadapi Revolusi Industri, Dibutuhkan Tenaga Kerja Terampil
Editor: Satmoko Budi Santoso
DENPASAR – Penyiapan tenaga kerja terampil (skill worker) merupakan tantangan terbesar yang harus dihadapi dan harus dimitigasi secara tepat dalam menghadapi tantangan ekonomi digital di Indonesia.
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri, saat membuka Forum Hubungan Industrial 2018 di Sanur Denpasar, Senin (8/10/2018) mengatakan, Revolusi industri 4.0 yang dimotori inovasi otomasi, super computer, robot, artificial intelligence dan modifikasi genetik telah membawa perubahan di berbagai bidang, salah satunya memunculkan ekonomi berbasis digital.
“Bila kita mampu memanfaatkan potensi ekonomi digital dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia berpeluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia,” ujar Menteri M. Hanif Dhakiri.
Kata menteri asal PKB ini, hal itu mengingat tingginya pengguna jaringan internet di tanah air yang menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 mencapai sekitar 143 juta penduduk.
“Pemanfaatan teknologi digital turut berdampak positif dalam mendorong tumbuhnya generasi milenial menjadi pemimpin dalam e-commerce, start up dan pengembangan ekonomi digital lainnya,” ujarnya lagi.
Disamping itu, kata Menteri Hanif lagi, pada tahun 2020, Indonesia akan mulai memasuki fase bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif dan puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2030-2035. Digitalisasi ekonomi juga berdampak terhadap perubahan dan pergeseran tenaga kerja.
Hasil studi McKinsey (2016) menyebutkan bahwa dalam 5 tahun ke depan sebanyak 52,6 juta lapangan pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi yang mengikuti global trend dimana 60% pekerjaan akan mengadopsi sistem otomatisasi dan 30% akan menggunakan mesin berteknologi digital.