Dinkes Balikpapan Ingatkan Potensi DBD

Editor: Koko Triarko

BALIKPAPAN – Meski jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengalami penurunan pada tahun sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan tetap mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit DBD. Apalagi, pada akhir Oktober ini mulai memasuki musim penghujan.
Tercatat hingga per September 2018, jumlah kasus DBD sebanyak 809, dengan dua orang meninggal dunia. Jumlah itu menurun, bila dibandingkan pada tahun sebelumnya dengan periode yang sama, mencapai 1,000 kasus.
“Memang jumlah kasusnya menurun, tapi kita harus waspada karena sudah memasuki musim penghujan. Jadi, masyarakat harus perhatikan, jangan sampai air menggenang,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Balerina JPP, Jumat (19/10/2018).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Balerina JPP –Foto: Ferry Cahyanti
Ia mengatakan, genangan air akan muncul ketika musim penghujan, dan jentik-jentik nyamuk akan mudah bersarang. Untuk itu, pihaknya mengingatkan agar tak lupa pada kegiatan menguras, mengubur dan menutup (3M).
“Seluruh warga untuk selalu menerapkan 3M dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan kerja bakti harus dimaksimalkan untuk membasmi nyamuk Aedes Aegepty yang bersarang,” ujar Balerina.
Upaya sosialisasi kepada masyarakat juga terus dilakukan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar selalu digencarkan.
“Program kelambu dan pembagian abate juga terus kami jalankan, karena kelambu ini juga menekan nyamuk bersarang atau hidup,”  tandasnya.
Balerina menyebutkan, akibat demam berdarah ini dua warga Balikpapan meninggal selama tahun 2018. “Ada 809 kasus, dengan kematian dua orang. Tahun lalu lebih dari 20 orang,” sebutnya.
Sementara itu, warga Kelurahan Graha Indah, Wati, mengatakan sejak satu bulan yang lalu pihak RT setempat telah membagikan abate kepada warga. “Kami sudah dapat abate untuk ditaburkan di rumah, dan diingatkan untuk program 3 M,” katanya.
Ia pun mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah, karena pada musim penghujan nyamuk mulai bersarang bila ada air yang menggenang.
“Setahun bisa dua kali dapat abate, bahkan di kampung kami juga selalu menggalakkan kerja bakti pada hari Minggu,” imbuh Wati.
Lihat juga...