Debit Air PDAM Jember, Menipis

Editor: Koko Triarko

JEMBER – Panjangnya musim kemarau saat ini, menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Jember. Susutnya debit air pada seluruh sumber mata air yang terdapat di Jember, bahkan berakibat menurunnya pasokan sekaligus debit air secara keseluruhan bagi masyarakat, tidak kecuali Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jember.
Karenenya,  pada musim kemarau tahun ini, PDAM Jember siaga satu dengan membuat pola pendistribusian air konsumen berdasarkan giliran waktu yang telah diatur, mulai dari jam 07.00-16.00 atau sebaliknya dari 16.00-07.00 WIB, sebagai upaya untuk stabilisasi pasokan air bagi konsumen, saat ini.
Kabag Transmisi dan Distribusi PDAM Jember, Samoyan, menuturkan bahwa ketahanan sumber mata air di musim kemarau tahun ini yang tergolong cukup panjang, sangat menipis dan bisa dikategorikan siaga satu. Panjangnya musim kemarau tersebut perlu adanya langkah konkret yang harus dilakukan oleh pihak manajemen, guna memberikan layanan secara optimal kepada para pelanggan, yang diharapkan meminimalisir keluhan atas pasokan air, sehingga distribusi air tetap lancar dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
“Musim kemarau merupakan sebuah fakta alam yang memang harus dihadapi oleh PDAM, dengan demikian akan terus mencari inovasi-inovasi baru, termasuk pencarian sumber mata air baru, guna memperkuat besaran debit pasokan untuk pelanggan. Agar lebih mencukupi pasokan air bagi pelanggan di saat musim kemarau ini, PDAM Jember membuat metode dengan pendistribusian bergilir yang sementara waktu dipandang cukup efektif dan tidak merugikan bagi pelanggan itu sendiri’, ujar Samoyan, Rabu (24/10/2018).
Samoyan juga menjelaskan, kekuatan pasokan air PDAM Jember banyak berasal dari sumber mata air dari kawasan Karang Pring–Sukorambi, yakni mata air Sumber Telas, Sumber Sukun, Watuk Remuk, Mata air Kepel 1 dan 2, serta juga dari Sumber Taman. Sehubungan dengan panjangnya musim kemarau, saat ini terjadi penurun debit sekitar 20 persen.
“Langkah  pengamanan dan pelestarian lingkungan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam antisipasi dampak kekeringan, sebagai akibat dari panjangnya musim kemarau saat ini. Seperti yang kami lakukan beberapa waktu lalu dengan melakukan penanaman kembali di sekitar sumber mata air, dengan beberapa jenis pohon yang mempunyai daya simpan air tinggi. Selain itu, pencarian terhadap potensi sumber mata air yang baru juga tetap kita lakukan dengan mempertimbangkan ekosistem lingkungan, sehingga keseimbangan tetap terjaga,” ungkapnya.
Menurut Samoyan, distribusi bergilir tersebut tidak diberlakukan di semua zonasi yang ada di wilayah kerja PDAM Jember sebanyak 11 zona. Paling rawan saat ini adalah Zona 8 saja, yang secara umum meliputi wilayah dalam kota, dengan kisaran 800 pelanggan, meliputi wilayah jalan Gajah Mada, Kertenegara, Kerta Bumi, Jaya Negara, Cokroaminoto, Melati, Kaca Piring, Kenanga, Sultan Agung, Diponegoro, Samanhudi, Gatot Subroto dan jalan Trunojoyo, yang diharapkan masyarakat untuk bisa memanfaatkan air PDAM sebaik-baiknya dengan menambah tandon-tandon sebagai penyimpanan air.
“Jumlah total pelanggan PDAM jember saat ini mencapai 35 ribu, yang terbagi menjadi 11 Zonasi, yang secara umum zona-zona tersebut cukup aman, kecuali zona 8 (dalam kota), karena jumlah pelanggannya paling banyak. Pemberlakuan pengaturan pendistribusian sebenarnya telah dilakukan mulai 16 Oktober 2018, dengan batas waktu hingga hujan turun alias debit mata air kembali normal,” terangnya.
Sementara itu, Kabag Pelanggan dan Humas PDAM Jember,  H. Imam Yahya, mengatakan, bahwa pada musim kemarau ini pihaknya juga berupaya keras meminimalisir segala keluhan dan pengaduan masyarakat, dengan pola membuka posko pengaduan  selama 24 jam.
“Langkah ini ditempuh sebagai jawaban riil kepada masyarakat, bahkan PDAM Jember juga menyiagakan tiga unit mobil tangki air yang siap menggelontor air bersih, bila di kawasan tertentu terjadi kekurangan air, khususnya bagi warga yang ada di zonasi 8,” pungkas Imam.
Lihat juga...