Yang Dimimpikan Bung Karno, Yang Datang Pak Harto
Oleh Mahpudi, MT
Catatan redaksi:
Dalam catatan Incognito Pak Harto seri ke-28 yang kami turunkan ini, bertepatan dengan peringatan Haul Wafatnya Pak Harto pada 18 Muharram tahun Hijriah. Dalam momentum yang cukup muram ini, redaksi cendananews.com selain menurunkan sejumlah tulisan dan liputan berbagai acara, juga menampilkan berbagai aktivitas. Salah satunya, catatan ekspedisi Incognito Pak Harto tahun 2012. Ekspedisi yang dilakukan oleh sebuah tim dari YHK yang terdiri dari Mahpudi (penulis), Bakarudin (jurnalis), Lutfi (filatelis), Gunawan (kurator museum), serta salah satu saksi sejarah peristiwa itu, yaitu Subianto (teknisi kendaraan pada saat incognito dilaksanakan). Meski sudah cukup lampau ekspedisi itu dilakukan, dan hasilnya pun sudah diterbitkan dalam buku berjudul Incognito Pak Harto –Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) dan Incognito – The President Impromptu Visit (2013) serta Ekspedisi Incognito Pak Harto –Napak Tilas Perjalanan Diam-Diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) , namun hemat kami catatan ekspedisi yang ditulis oleh Mahpudi dalam beberapa bagian ini tetap menarik untuk disimak. Sebab, seperti disimpulkan oleh penulisnya, peristiwa blusukan ala Pak Harto yang terjadi pada tahun 1970 ini sangat patut dijadikan salah satu tonggak sejarah nasional Indonesia.
Selamat Membaca.
Perjalanan ekspedisi Incognito Pak Harto dilanjutkan ke arah utara, mengarah ke kota-kota seperti Madiun, Ngawi, dan Bojonegoro. Kendaraan kami melintasi hutan jati menuju Bojonegoro, mengikuti rute yang ditempuh Pak Harto saat “blusukan” tahun 1970. Tak bisa dibayangkan, bagaimana kondisi daerah itu pada masa Pak Harto melintas. Keadaan daerahnya tak juga lebih baik dibandingkan jalur selatan yang telah dijelajahi berhari-hari sebelumnya. Bukit-bukit kapur dengan hutan jati, menjadi ciri khas wilayah ini.