Sanggar Mawar Budaya, Lestarikan Budaya Betawi
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Tarian tradisi merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan, dan Mawar Budaya merupakan sanggar tari tradisi yang berpijak pada seni tari Betawi.
Mawar Budaya telah menghasilkan berbagai karya seni Betawi dan tari tradisi. Kini usianya sudah 28 tahun, Mawar Budaya mempersembahkan pagelaran seni bertajuk ” Tanpa Batas”.
Tari Topeng Tiga Generasi atau Tari Tigen mengawali gelaran ini dengan gerak gemulai para penari berbusana tradisi Betawi.
Tari Lenggang Nyai, yakni kreasi baru Betawi yang terinspirasi dari cerita Nyai Dasima disajikan oleh penari yang merupakan para penyitas kanker.
“Kami para penyitas kanker tampil menyampaikan pesan kepada komunitas kanker bahwa vonis kanker itu bukan akhir dari segalanya,” kata Chrystina Binol, seorang penyitas kanker kepada Cendana News ditemui di sela-sela pagelaran di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat (28/9/2018) malam.

Dengan berkesenian, jelas Chrystina sangatlah bermakna memberikan terapi healing yang memberikan kekuatan untuk melawan keganasan sel kanker. “Kita harus terus berkarya tanpa batas seperti Mawar Budaya yang berkomitmen lestarikan budaya tradisi,” kata Chrystina yang merupakan koreografer Tanda Batas.
Pimpinan Sanggar Mawar Budaya, Trimawarsanti menambahkan, pagelaran ini merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa melalui cinta, ketulusan dan harapan untuk mencapai asa tanpa batas.
Menurutnya, pagelaran ini tidak saja menyajikan kolaborasi tiada batas dari sisi usia, gender, kemampuan, status sosial, latar belakang pendidikan dan kesehatan. Namun juga memberikan ruang kepada seluruh siswa dan komunitas seni untuk berkolaborasi dalam sebuah pagelaran sebagai upaya melestarikan budaya tradisional Indonesia.