Lestarikan Kekayaan Seni Budaya Lewat Gelaran ‘Lima Jam Menari’
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Namun, menurut Robby, jika KWJ hanya mengandalkan cat warna-warni sebagai ciri khasnya tanpa menghadirkan event seni budaya, maka destinasi ini tidak akan bisa bertahan lama.
“Kampung tematik akan mati jika tidak ada kegiatan-kegiatan seni seperti ini. Karena wisatawan akan cepat bosan jika hanya disajikan dengan warna maupun gambar yang itu-itu saja,” ujarnya.

Inilah tugas dari perguruan tinggi khususnya yang memiliki jurusan kesenian untuk dapat menghidupkan kampung-kampung tematik yang ada di Malang. Jika fisiknya sudah dibenahi, sekarang tinggal event atau kegiatannya yang harus dihidupkan.
“Prodi PSTM memiliki tanggung jawab dalam mengangkat wisata yang ada melalui pelestarian kesenian dan budaya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ketua RW 02 Kampung Warna-warni Jodipan, Sony Parin, mengaku sangat mengapresiasi gelaran kesenian yang diadakan PSTM UM sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan.
“Kegiatan kesenian dan budaya sangat dibutuhkan di tempat wisata khususnya kampung warna-warni. Selain sebagai hiburan bagi masyarakat, sekaligus menarik wisatawan untuk berkunjung,” ucapnya.
Diakui Sony, selama ini di KWJ memang kerap dihadirkan pertunjukkan seni budaya, baik dari mahasiswa maupun komunitas.
“Hanya saja hingga saat ini memang belum ada agenda rutin pertunjukan seni budaya di kampung Warna-warni,” akunya.
Sementara itu, disampaikan Sony, semenjak dijadikan sebagai objek wisata Kampung Warna-warni, banyak warganya yang mulai membuka usaha dengan berjualan aneka makanan sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga.