Hapus Stigma Negatif pada ODHA dengan Informasi Akurat

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

JAKARTA — Target pemerintah Indonesia untuk mencapai target nol infeksi baru, nol kematian yang disebabkan AIDS dan nol-stigma diskriminasi terkait HIV AIDS pada 2030, menurut Penggiat Kesehatan Reproduksi Dr. Maya Tri Siswanti, MKM dapat tercapai jika semua pihak yang terkait dapat bekerja sama.

“Sudah cukup baik kinerja pemerintah, hanya untuk anggarannya memang masih banyak ditunjang oleh global fund. Tapi ada progres bahwa obat ARV sekarang sudah masuk dalam program APBN, sehingga bisa dapat gratis. Kalau dulu awalnya obat ini Rp3 juta per bulan, kalau sekarang tidak sampai,” kata Dr. Maya kepada Cendana News, Minggu (23/9/2018).

Dr. Maya menyampaikan bahwa tingkat penderita ODHA (Orang dengan HIV Aids) sesuai data ASIAN Epidemic Models tahun 2016 adalah sekitar 600 ribu orang. Sementara berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan pada triwulan pertama 2018 hanya 200 ribuan orang.

Perbedaan yang signifikan ini terjadi karena beberapa sebab. Pertama, kasus yang terjadi belum terlaporkan. Ada orang mengidap HIV tapi tidak mau berobat, atau kedua, terindikasi mengidap tapi tidak mau periksa. Tudak sedikit yang tidak tahu jika dirinya terinfeksi. Sehingga data yang didapat pun menjadi tidak lengkap.

“Kenapa ini bisa terjadi, karena orang takut dengan stigma negatif maupun perlakuan diskriminasi yang diperoleh ODHA jika diketahui mengidap penyakit ini,” paparnya.

Stigma negatif ini bisa ditemukan baik di perkotaan maupun pedesaan. Tapi memang wilayah perkotaan memiliki persentase lebih kecil dalam hal stigma negatif dan diskriminasi dibandingkan wilayah pedesaan.

Ini terlihat saat kita melakukan edukasi atau wawancara ODHA. Masyarakat di kota besar lebih memiliki akses informasi yang akurat, sehingga mereka pun bisa menghilangkan stigma itu.

Lihat juga...