Kemarau, Siasat Pembudidaya Lele Kolam Terpal Minimalisir Kerugian
Editor: Satmoko Budi Santoso
Bahan tersebut di antaranya nanas, gula merah, susu cair, tetes tebu, kunyit serta bahan organik lain. Setelah difermentasi berbentuk cairan dituangkan dalam dosis tertentu di kolam terpal yang dimilikinya.
“Nafsu makan ikan saat kemarau memang kerap menurun dan berpengaruh pada kondisi air, sementara sirkulasi air terhambat karena kemarau sehingga perlu siasat khusus,” beber Edi Gunawan.
Proses pengurasan air pada kolam terpal disebut Edi Gunawan juga kerap dilakukan usai panen. Setelah itu proses penaburan dolomit dilakukan untuk menghilangkan bakteri penyebab parasit pada ikan.
Kebutuhan air untuk kolam disebut Edi Gunawan dilakukan dengan melakukan proses penyedotan air dari sungai yang ditampung pada tower khusus untuk pengisian kolam baru.
Cara tersebut dilakukan akibat air sumur gali sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk budidaya kolam dengan terpal.
Meski harus mengeluarkan biaya ekstra, ia menyebut harga lele pada kisaran Rp17.000 per kilogram masih bisa digunakan untuk menutupi biaya operasional. Pola pemberian pakan yang teratur, penggunaan suplemen organik cair serta pemakaian peneduh diakuinya menjadi cara menyiasati kerugian budidaya ikan lele saat kemarau.
Edi Gunawan menyebut, meski sejumlah pembudidaya ikan lain istirahat ia masih bisa memanen sekitar 200 kilogram ikan sistem sortir untuk satu kali masa panen bagi kebutuhan usaha kuliner pecel lele.
Kondisi musim kemarau juga membuat pembudidaya ikan air tawar dengan kolam terpal kesulitan memperoleh benih.
Sukoco, salah satu pembudidaya ikan lele menyebut terpaksa mengosongkan kolam miliknya. Selain kebutuhan bibit ikan lele kosong dari sejumlah kecamatan budidaya ikan lele saat kemarau disebutnya rentan gagal.