Imbas Kedelai Impor, Perajin Tahu Siasati Harga

Ilustrasi - Perajin tahu tengah menuang sari kedelai ke dalam wadah cetakan tahu - Foto: Dok CDN

PEKANBARU  – Sejumlah perajin tahu di Kota Pekanbaru, Riau, menerapkan sejumlah strategi untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku kedelai impor akibat penguatan kurs dolar AS.

Sukayat, seorang perajin di sentra pembuatan tahu di Jl. Sigungung, Kota Pekanbaru, Sabtu, mengatakan harus menyiasati dengan membuat tahu yang lebih tipis dari biasanya.

“Tahu jadi lebih tipis karena dari satu karung kedelai dari biasanya dijadikan 17 kaleng tahu, sekarang dipaksakan untuk jadi 18 kaleng,” kata pria 45 tahun ini.

Perajin biasanya membeli satu karung kedelai seberat 50 kilogram dengan harga sekitar Rp365 ribu, atau Rp7.300 per kilogram (Kg). Namun kini harganya sudah mencapai Rp390 ribu per karung, atau Rp7.800 per Kg. Satu karung kedelai impor normalnya bisa menjadi 17 kaleng tahu dengan kapasitas 25 kilogram. Kini dipaksakan menjadi 18 kaleng.

“Tapi harganya tetap satu kaleng Rp40 ribu. Kita belum berani menaikan harga karena takut kehilangan pelanggan,” katanya.

Mayoritas perajin di sentra tahu menjadi distributor untuk pedagang eceran di pasar-pasar tradisional. Mereka belum berani menaikan harga karena persaingan sesama perajin sangat ketat, sedangkan pasar untuk bahan makanan itu untuk kalangan menengah ke bawah.

“Kalau kita sendiri yang menaikan harga, tapi yang lain masih tetap, otomatis kita kehilangan pelanggan. Kita juga kasihan kalau warga harus bayar mahal untuk beli tahu, karena yang beli ini kan lebih banyak orang kecil,” kata Jumino (47), perajin tahu lainnya.

Ia mengatakan, tidak semua perajin mengurangi kualitas tahu karena harga kedelai terus bertahan tinggi. Meski begitu, ia mengakui kondisi kenaikan harga kedelai ini tidak seperti biasanya karena sudah terjadi sebelum perayaan Idul Fitri tahun ini.

Lihat juga...