Yayasan Harapan Kita : Kado Teristimewa Menuju Taman Mini Indonesia Indah

Serial Tulisan Memperingati Setengah Abad Yayasan Harapan Kita yang akan diperingati pada 23 Agustus 2018.

Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Foto: Sri Sugiarti

Dalam imajinasi Ibu Tien, miniatur ini merupakan sebuah kawasan yang diisi bangunan-bangunan bercorak rumah adat dari masing-masing provinsi, dilengkapi dengan pertunjukan kesenian secara berkala, pameran flora dan fauna, serta berbagai benda budaya sesuai daerah masing-masing. Miniatur ini menjadi tempat bagi anak–anak bisa berkunjung bersama orangtuanya, berwisata dengan biaya murah, sambil belajar mengenali kebhinekaan tanah airnya.

Setelah melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri untuk mendampingi Presiden Soeharto, Ibu Tien mendapatkan banyak inspirasi dari berbagai negara lain tentang konsep miniatur Indonesia. Dengan kebulatan tekad, Ibu Tien menyampaikan ingin membangun miniatur Indonesia pada 30 Januari 1971, di hadapan para gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia yang sedang mengikuti acara Penutupan Rapat Kerja di Istana Negara Jakarta. Dalam pidatonya, ia mengatakan, betapa pentingnya proyek ini bagi pendidikan anak-anak bangsa dan mengimbau segenap hadirin berperan serta menjadi bagiannya, dengan caranya masing-masing. Yaitu dengan mendorong agar setiap provinsi dapat menghadirkan bangunan rumah adat khas masing-masing di kawasan miniatur Indonesia tersebut. Puji syukur, berbagai kalangan sangat mendukung ide luhur Ibu Tien Soeharto.

Bertepatan dengan hari jadi ke-3 YHK yang juga merupakan hari ulang tahun ke-48 sang Ketua Yayasan, yakni 23 Agustus 1971, sebuah organisasi dibentuk. Namanya Badan Pelaksana Pembangunan & Persiapan Pengusahaan Proyek Miniatur Indonesia  (BP5MI) “Indonesia Indah”. Ibu Tien menjadi  ketua badan pelaksana. Melalui organisasi yang berkantor di Jalan Matraman 53, Jakarta, inilah setahap demi setahap harapan dan impian Ibu Tien mulai diwujudkan.

Dalam brosur yang diterbitkan oleh BP5MI (1971)  dan disusun sendiri Ibu Tien tentang Penjelasan Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah”  (PMI3) dikemukakan bahwa ada enam tujuan proyek ini. Pertama, yaitu Membangun, mempertebal rasa cinta tanah air dan bangsa. Kedua, yaitu memupuk, membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa meskipun tiap daerah terdiri atas berbagai suku (Bhinneka Tunggal Ika) mempunyai cara hidup yang berbeda-beda. Ketiga, Menghargai, menjunjung tinggi kebudayaan kita dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita.

Tujuan keempat dari pembangunan Miniatur Indonesia ini, yaitu memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan lain sebagainya kepada sesama bangsa kita, di antara daerah-daerah. Kelima, yaitu memanfaatkan proyek ini untuk menarik wisatawan, dengan demikian meningkatkan pariwisata, dan Sales promotion bagi tiap-tiap daerah di seluruh tanah air, serta menghidupkan kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan mengatur pemasarannya. Sedangkan keenam, yaitu ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan Pelita dengan mempersembahkan suatu tempat rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat Indonesia, khususnya warga ibukota.

Selayaknya gagasan luhur, selalu saja ada ujian yang datang. Selain banyak mendapatkan dukungan, ide luhur ini juga ada yang menentang. Ada yang menyambutnya dengan penuh antusias, tetapi tak sedikit yang mempertanyakan urgensinya. Terutama dari kalangan mahasiswa. Namun, setelah mendalami dan mempelajari jawaban yang diberikan Pansus kepada Yayasan Harapan Kita serta bedialog dengan semua pihak Pansus, DPR menyatakan pendapatnya dengan tegas bahwa proyek MII dapat direalisasi pembangunannya secara bertahap. Hasil rumusan Pansus DPR ini disampaikan dalam bentuk memorandum yang dikirimkan kepada Presiden RI pada 24 April 1972. Ketegasan sikap DPR ini perlahan-lahan meredakan suasana.

Pada 30 Juni 1972, Ibu Tien melakukan peletakan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan miniatur Indonesia. Ibu Tien terjun langsung ke lokasi pembangunan hampir setiap hari, memastikan segala sesuatunya sesuai rencana.  Bahkan dilaporkan Bu Tien juga pergi ke pedalaman hutan jati di Randu Blatung, Cepu, untuk memilih sendiri batang-batang pohon jati berusia ratusan tahun untuk dipahat dan dijadikan soko guru Pendopo Agung Sasono Utomo.

Akhirnya, pada 20 April 1975, Taman Mini Indonesia Indah diresmikan di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Sejumlah pejabat tinggi Indonesia hadir, ada pula duta besar negara sahabat. Ada pula tamu istimewa, dua ibu negara sahabat yakni Ny. Imelda Marcos dari Filipina dan Ny. Sears dari Singapura. Keduanya sengaja hadir memenuhi undangan sang tuan rumah, Ibu Tien Soeharto, Ibu negara Republik Indonesia sekaligus Ketua Yayasan Harapan Kita. Ada pula Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Drs. Mohammad Hatta bersama isteri, serta tokoh-tokoh nasional lainnya. Hari itu, bangsa Indonesia mencatat sejarah dengan memiliki sebuah taman peradaban bernama Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Dalam acara peresmian tersebut, Presiden Soeharto menyampaikan berbagai nilai luhur yang selaras dengan semangat pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Bagi Pak Harto, arah dan bimbingan menuju kesejahteraan rohani ini sebenarnya telah kita miliki, yaitu yang bersumber pada warisan kebudayaan nasional kita yang indah dan luhur. Suatu kebudayaan yang mengajarkan kita agar hidup ini ditujukan untuk mencapai nilai-nilai yang luhur, untuk kebahagiaan di dunia yang sekarang dan ketenangan di dunia nanti. Suatu kebudayaan yang selalu mengejar keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan masyarakatnya, antara kemajuan lahirian dan kepuasan rohaniah, malahan juga antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Kehidupan yang penuh dengan keserasian itulah sesungguhnya yang dimaksudkan dalam masyarakat Pancasila yang kita cita-citakan,  yaitu masyarakat yang kita tumbuhkan di atas kepribadian kita sendiri.

Menurut pak Harto, masyarakat modern yang tidak berkepribadian sendiri akan terasa menjadi masyarakat yang asing bagi kita. Masyarakat yang demikian itu tentu akan selalu gelisah dan lemah. Tidak pernah merasa bahagia dan tidak akan pernah dapat berdiri kokoh. Karena itu, mengenal kebudayaan sendiri dan mengenal bangsanya sendiri, merupakan bagian yang penting dari pembangunan nasional. Usaha untuk mengenal kebudayaan sendiri, mengenal bangsanya sendiri, antara lain dapat dirasakan melalui Taman Mini Indonesia Indah, yang merupakan bagian dari pembangunan nsional. TMII, menurut Pak Harto, merupakan Indonesia kecil yang menggambarkan secara utuh atas Indonesia yang besar.

*Tulisan ini bersumber dari Buku Setengah Abad Harapan Kita yang disusun oleh Mahpudi, MT

Lihat juga...