Kemarau, Batal Tanam Padi, Beralih Cabai Merah Keriting
Editor: Satmoko Budi Santoso
Nyoman menyebut, meski telah kehilangan modal sekitar tiga juta rupiah, namun ia masih bisa meneruskan budidaya cabai merah keriting. Bermodalkan sekitar lima juta untuk bibit, mulsa dan perawatan pada masa panen perdana, ia bisa memperoleh hasil Rp6 juta dengan harga per kilogram cabai Rp30 ribu.
Sebanyak 1500 batang tanaman cabai tersebut, diakuinya ditanam bersamaan dengan musim kemarau sehingga cukup menguntungkan. Keputusan menanam cabai merah keriting, diakui Nyoman, setidaknya telah menyelamatkannya dari kerugian lebih besar jika ia memanfaatkan lahan untuk menanam padi.
Kerugian menanam padi akibat pasokan air yang berkurang bisa ditutupi dengan budidaya cabai merah dengan target panen total mencapai 2 ton.
“Sebagian petani lain yang sudah menanam padi bahkan merelakan lahannya kering meski sudah ditanami bibit karena tidak bisa diselamatkan,” beber Nyoman.
Datangnya musim kemarau yang berdampak berkurangnya debit air, disebut Nyoman, membuat dirinya harus menyiasati proses penyiraman. Sistem penyiraman dilakukan dengan jadwal dua hari sekali bersamaan dengan pemberian pupuk.
Pemberian pupuk sistem kocor yang dilarutkan dalam air untuk efisiensi penggunaan air dan tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan karena air untuk penyiraman memanfaatkan sumur bor yang dibuat secara mandiri dengan biaya sekitar Rp10 juta.
Keputusan mengalahkan proses penanaman padi dan dialihkan ke penanaman cabai merah juga dilakukan Wayan (30). Ia menyebut, di sebagian lahan yang masih bisa ditanami cabai merah dirinya menanam sebanyak 1000 batang.