Gusti Winata, Si Mbah Tukik Pengkonservasi Penyu di Pantai Minang Rua
Editor: Mahadeva WS
Pada saat masa bertelur, ada dua ekor induk penyu yang sudah bertelur, tersapu ombak sehingga telur tidak bisa diselamatkan. Sesuai dengan pengalaman sebelumnya, masa penetasan telur membutuhkan waktu 64 hari. Sesuai dengan perhitungan, dari lima kumpulan telur yang masing masing berjumlah 100 butir telur, diperkirakan akan menetas pada 4 September mendatang.
Butuh ketelatenan dan juga peran serta anggota Pokdarwis, serta Gusti Winata sebagai si mbah Tukik, untuk menjaga lingkungan sekitar tempat penangkaran penyu aman dari gangguan. Upaya konservasi penyu di Pantai Minang Rua, mulai mendapat perhatian dari sejumlah pihak. Bantuan peralatan untuk penangkaran, selain berasal dari swadaya Pokdarwis Minang Rua Bahari, juga berupa bantuan dari sejumlah pihak. Bantuan tersebut diantaranya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan Kabupatan Lampung Selatan dan Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Astra Otoparts.
Bantuan bantuan tersebut, ada pembuatan lokasi penetasan dan penangkaran berpasir sesuai habitat asli telur penyu. Kolam penangkaran, dengan konstruksi kolam semen dengan pagar besi, bagian tengah diisi pasir, yang dibuat dengan ukuran 3×3 meter.
Proses pembangunan selesai pada bulan Agustus 2018. Akan dilanjutkan dengan bantuan dari Dinas Perikanan, melalui pembuatan kolam penangkaran saat telur menetas menjadi tukik. Kolam berukuran 4×2 meter disiapkan termasuk rumah jaga yang berada di dekat lokasi penangkaran. Fasilitas listrik sudah dipasang oleh pokdarwis. “Banyak yang mulai peduli dengan kegiatan konservasi penyu dan saat pelepasan tukik donasi juga diberikan untuk mendukung kelestarian penyu,” tambah Gusti Winata.