Gusti Winata, Si Mbah Tukik Pengkonservasi Penyu di Pantai Minang Rua
Editor: Mahadeva WS
Setelah penemuan pertama tersebut, mendorong dilakukannya ronda di malam hari untuk mencari penyu yang akan bertelur. aktifitas membuat ia aktif menunggu di sekitar pantai saat malam hari. Penemuan pertama diamankan 102 butir telur, temuan kedua pada 15 Juli, ditemukan 100 butir telur, dan temuan pada 27 Juli ada 80 telur.
Melalui proses otodidak, dan belajar dari internet cara menangani telur penyu agar bisa menetas, upaya pengamanan menghasilkan sekira 120 telur yang menetas menjadi tukik. Kecintaan pada tukik terus dipertahankan, untuk membantu menjaga populasi penyu. Keberadaan tukik tersebut, membuat Gusti Winata kini dikenal dengan sebutan “Si Mbah Tukik”. Sebutan baru yang melekat, yang disebutnya menjadi sebuah tanggung jawab, sembari terus belajar cara terbaik menangani telur penyu yang ada di pantai Minang Rua.
Melestarikan lingkungan pantai dengan menanam berbagai pohon diantaranya bakau, ketapang, cemara, ketapang kencana, hingga pandan laut dilakukan bersama anggota Pokdarwis. “Tukik yang sudah siap dilepasliarkan pada usia tertentu sudah kembali ke habitatnya, dan semoga bisa menjadi penyu dewasa yang nantinya akan kembali ke pantai ini untuk bertelur,” terang Gusti Winata.
Fasilitas penangkaran penyu, sejak berwujud telur hingga menjadi tukik hanya menggunakan kolam plastik terpal. Fasilitas tersebut dilengkapi mesin pompa air sederhana, untuk pengaturan sirkulasi air, termasuk pemberian pakan untuk tukik. Sebagai mbah tukik, Gusti Winata berusaha mencari lokasi terbaik untuk menetaskan telur penyu pada saat musim migrasi ke Pantai Minang Rua.