Panen Durian dan Jeruk Chockun, Ladang Penghasilan Pedagang Buah

Editor: Satmoko

Jeruk dengan ciri khas ukuran lebih kecil dibandingkan jeruk lain memiliki rasa manis kecut menyegarkan. Meski bagian kulit masih terlihat hijau saat dikupas daging buahnya berwarna kuning dengan kadar air berlimpah.

Kuwadi menyebut jeruk keprok chokun sudah kerap dijualnya terutama saat musim panen Mei hingga Juli. Buah jeruk tersebut diakuinya dibeli dengan sistem borongan lalu dijual perkilogram seharga Rp7.500 atau Rp15.000 dua kilogram.

Konsumennya rata rata merupakan warga pedesaan karena harga yang terjangkau sebagai buah lokal.

“Saya kerap keliling perkampungan dan objek wisata pantai karena menjual buah yang menyegarkan terutama saat musim panas,” terang Kuwadi.

Jeruk keprok chokun yang dijual bersama buah bengkuang disebutnya kerap diminati karena bisa digunakan sebagai jeruk peras. Sehari Kuwadi bisa menjual jeruk keprok chockun sebanyak 50 hingga 100 kilogram.

Selain jeruk keprok chockun yang dikenal di wilayah Lampung dengan jeruk BW, Kuwadi juga menjual buah bengkuang perkilogram seharga Rp6.000.

Pekerjaan berjualan keliling buah jeruk keprok chockun serta buah lain diakui Kuwadi menjadi pekerjaan sampingan. Sebab saat sedang tidak musim buah dirinya kerap hanya bekerja sebagai buruh tanam dan panen jagung.

Menjual buah secara keliling diakuinya digunakan untuk keperluan keluarga dan sang anak yang masih duduk di bangku SMP.

Lihat juga...