INDONESIA dikepung oleh banyak bencana. Di antaranya gempa dan tsunami. Untuk itu, diperlukan antisipasi menghadapi sejumlah bencana tersebut.
Salah satu bentuk antisipasi adalah pembuatan rumah alternatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar area bencana. Rumah alternatif ini bisa disebut sebagai rumah tahan gempa.
Fakta menunjukkan, bencana tsunami dan gempa di Jogja/Jateng, misalnya, menghancurkan banyak sekali rumah rakyat. Maka, diperlukan dana dan waktu yang panjang untuk menyediakan rumah baru bagi mereka.
Hunian sementara seperti tenda sangat menolong mereka. Walaupun begitu, hidup dalam tenda sangat dibatasi oleh beberapa faktor seperti ketahanan tenda, psikologi penghuni, kenyamanan dan lain-lain.
Menciptakan rumah murah, cepat dan tumbuh sangat diperlukan terutama pada bencana Besar dimana ratusan hingga ribuan rumah rusak dan perlu pengganti. Dari dasar itulah, maka diusulkan pembuatan rumah cepat (dibuat dalam 6 jam oleh 6 orang biasa) murah (dana tak lebih 6 jutaan), bisa dikembangkan oleh penghuni.

Rumah tersebut beratap seng, dinding kayu, lantai semen, ukuran 4 x 5 m ruang dan 2 x 4 beranda. Rumah model ini pernah disumbangkan masyarakat Semarang kepada pengungsi di Desa Meunasah Bak-u, Leupung, Aceh Besar.
Berpaling dari pengalaman di Aceh, hampir dua tahun program berjalan, belum semua orang bisa dipindahkan dari tenda. Menunjukkan bahwa diperlukan pembuatan rumah yang cepat, murah tetapi memungkinkan penghuni mengembangkan rumahnya sesuai dengan kemampuan dan kesenangan.