Dampak Positif Depresiasi Rupiah tak Signifikan

Menteri BUMN, Rini Soemarno - Dok CDN

JAKARTA – Dampak positif dari depresiasi mata uang rupiah terhadap ekspor tidak signifikan dan yang akan menikmati juga hanya pengekspor bahan mentah, kata anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Mucharam.

“Dampak positif depresiasi rupiah terhadap ekspor rasanya tidak akan terlalu signifikan. Yang dapat menikmati wind fall profit hanya eksportir komoditas mentah, yang sebetulnya harganya pun lebih dibentuk oleh pasar internasional,” kata Ecky Awal Mucharam, dalam rilis, Sabtu.

Politikus dari PKS itu menambahkan, sementara eksportir berbasis industri manufaktur tidak akan menikmati pelemahan rupiah yang terjadi.

Hal tersebut, lanjutnya, karena hampir 80 persen impor yang masuk ke Indonesia adalah bahan baku atau bahan penolong industri.

Bagi sektor keuangan, ujar dia, depresiasi rupiah akan menekan pembiayaan valas dan meningkatkan eksposur risiko valas khususnya bagi pinjaman asing yang tidak ter-hedging (lindung nilai), sedangkan hedging itu memerlukan biaya.

“Ini meningkatkan risiko default (gagal bayar) dari debitur yang diperparah kelesuan kegiatan di sektor riil itu sendiri. Sementara BI dengan pembauran kebijakan moneternya sudah dan mungkin akan menaikkan lagi suku bunga acuan untuk menahan capital out flow. Bunga yang mahal tentu saja akan membuat pengusaha menahan kegiatan usaha,” katanya.

Ia berpendapat bahwa saat ini, struktur perekonomian yang rapuh menyebabkan Indonesia tidak bisa melaju kencang hanya karena satu kebijakan The Fed yang menaikkan bunga.

Sebagaimana diwartakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, perbaikan struktur ekspor nasional menjadi penting untuk mengatasi dampak dari potensi perang dagang yang dilakukan oleh negara maju.

Lihat juga...