Angka Kematian Ibu dan Balita di Sikka Meningkat

Editor: Mahadeva WS

MAUMERE – Selama dua tahun, dari 2015 hingga 2016, data Wahana Visi Indonesia (WVI) menyebut, angka kematian ibu di Kabupaten Sikka meningkat. Di 2015 tercatat ada 151 orang ibu meninggal. Sementara di 2016 meningkat menjadi 251 orang.

Wulandari, peneliti dari Perkumpulan Inisiatif Bandung. Foto : Ebed de Rosary

Sementara angka kematian bayi sebelum berumur sebulan atau Neonatal juga meningkat. Dari delapan kasus di 2015 menjadi 12 kasus di 2016. “Dari sisi anggaran tiap tahun meningkat. Tetapi kenapa angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi. Ternyata kunjungan K1 pertama setelah melahirkan menurun dan kunjungan K4 ketika hendak melahirkan juga menurun,” sebut Wulandari, Peneliti Perkumpulan Inisiatif, Jumat (6/7/2018).

Dikatakan Wulandari, meski angka kematian balita tetap sama dengan empat kasus di 2015 dan 2016, namun angka kematian balita mengalani peningkatan drastis di 2016. “Kalau dilihat dari hasilnya kebijakan menekan kematian ibu dan anak belum tercapai. Komitmennya sudah ada dalam RPJMD dan Renstra OPD, namun tidak ada dokumen pendukung tambahan, termasuk rencana aksi daerah juga belum ada,” terangnya.

Dari catatan Wulandari, dua tahun terakhir jumlah bidan desa dan dokter berkurang. Hal itu juga bisa menjadi penyebab meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Dengan demikian, bukan berarti penambahan anggaran kesehatan untuk penanganan kematian ibu dan anak, akan berdampak dengan tidak adanya masalah. Terbukti hasil penelitian menunjukan angka kematian ibu dan anak meningkat.

“Indikatornya kita melihat kebijakan secara umum yang termuat dalam RPJMD dan rencana strategis Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mendukung Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Memang anggarannya terus meningkat namun angka kematian ibu dan anak juga meningkat, sehingga pasti ada faktor lain yang menjadi pemicunya,” ungkapnya.

Lihat juga...