MEMERANGI LEPROPHOBYA (2): MENEMANI PENDERITA

Oleh: Siti Hardiyanti Rukmana

Mohon maaf sebelumnya apabila foto foto yang saya sertakan dalam tulisan ini kurang berkenan. Bukan bermaksud menebar sadisme. Tiada lain untuk mengajak kita semua agar bisa melihat secara utuh, memahami dan merasakan penderitaan mereka. Mudah-mudahan kita terketuk pula untuk saling memberikan penyuluhan dan edukasi pada masyarakat yang belum tahu. Kabarnya, jumlah penderita penyakit ini, pada saat ini juga masih tinggi di negara kita.

Baca juga: MEMERANGI LEPROPHOBYA (1): MENEPIS KERAGUAN

Setelah perbincangan panjang lebar dengan Menteri Kesehatan Bapak Prof. Dr. Adiyatma, saya bersama kawan kawan saya yang tergabung dalam HIPSI (Himpunan Pekerja Sosial Indonesia), berangkat menuju Rumah Sakit Sitanala. Sebagaimana janjinya, bapak Adiyatma mendampingi kami.

“Ini bakterinya sudah menyerang syaraf di bawah permukaan kulit, sehingga jari-jarinya mulai melengkung dan kaku Mbak,” Menkes Prof. Adiyatma menjelaskan.

Sesampai di sana kami diterima oleh pimpinan RS Sitanala beserta jajarannya. Setelah diberi penjelasan mengenai seluruh kegiatan RSS, kami pun mulai diajak keliling melihat pasien-pasien.

Trenyuh hati saya melihat mereka. Ada yang jari tangannya putus, ada yang jari kaki putus. Menyedihkan sekali melihat penderitaan mereka.

Tentu seperti bapak —Presiden Soeharto— katakan, tidak ada satupun dari mereka yang mau terjangkiti penyakit kusta.

Dengan sabar dan runtut, bapak Menteri Kesehatan menjelaskan penyakit yang mereka alami.

“Ini bakterinya sudah menyerang syaraf di bawah permukaan kulit, sehingga jari-jarinya mulai melengkung dan kaku Mbak”

Lihat juga...