Kalitalang Bangkit dari Bencana Jadi Ekowisata Merapi

Gunung Merapi, beberapa pekan pascaerupsi 2010. -Dok: CDN

Kentongan akan digunakan sebagai tanda peringatan oleh dan bagi warga lain jika Merapi mengalami erupsi.

Selain itu, warga juga diingatkan untuk selalu menyimpan barang-barang berharga, seperti perhiasan atau surat-surat penting dalam satu wadah penyimpanan khusus, sehingga saat situasi kritis warga bisa dengan mudah pergi dengan membawa wadah tersebut.

Yang menarik ialah penyelenggaraan Sekolah Gunung, berupa program pelatihan dan pengenalan kepada sejumlah individu perwakilan dari 14 kabupeten di seluruh Indonesia yang difasilitasi BPBD.

Pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengembangan pariwisata dan mitigasi bencana di Balerante dinilai layak dijadikan rujukan dan percontohan di daerah-daerah lain yang memiliki kondisi serupa.

Kemandirian warga dalam mengevakuasi juga sudah terbentuk dengan baik.

Menurut penuturuan Jainu, warga di Desa Balerante saat ini mengevakuasi secara mandiri, tanpa harus menunggu armada pengangkut yang didatangkan dari pemda.

Hal itu sudah menjadi kesadaran warga Baleranta sejak lama dan menjadi salah satu contoh yang ditularkan kepada para peserta Sekolah Gunung.

“Misalnya saat erupsi 2010, warga yang punya ternak menjual beberapa ekor, lalu hasil penjualannya dibelikan kendaraan untuk evakuasi. Artinya mereka siap evakuasi mandiri,” pungkas Jainu.

Peluang

Dalam hal ekowisata, warga Balerante juga piawai dalam memanfaatkan peluang dari musibah yang terjadi hampir delapan tahun silam.

Selain mengembangkan lokasi wisata, Balerante juga membuat corak batik khas desa tersebut, yang di dalamnya menampilkan gambaran situasi pascaerupsi.

Menurut penuturan Darwono, Ketua Paguyuban Batik Merapi Balerante, ide pembuatan karya seni tersebut muncul ketika warga mengungsi ke barak pengungsian.

Lihat juga...