Berbagi Kasih di Lebaran Ketupat

Ilustrasi ketupat - Foto Dokumentasi CDN

Provinsi Sulut, katanya, memiliki penduduk yang memeluk agama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

Karena Sulut terkenal dengan daerah toleran, maka setiap kegiatan hari besar agama, semua saling bertemu dan menyapa satu sama lain dan memberikan ucapan selamat.

Tradisi ketupat ini selain dirayakan di Kampung Jawa Tondano juga yang tidak kalah meriah perayaannya yaitu umat Islam di Kecamatan Tuminting, Kecamatan Sindulang, dan Kecamatan Singkil, Kota Manado.

Kegiatan silaturahim tersebut kebanyakan, dirangkaikan dengan berbagai kegiatan, seperti makan bersama, pentas seni dan budaya hingga rekreasi bagi kalangan generasi muda.

Ini bagian dari kebersamaan kepada sesama keluarga maupun kerabat dekat,” kata Amir A, salah satu tokoh masyarakat di Kota Manado.

Tidak ketinggalan sejumlah warga dari luar Kota Manado, turut berbaur menyaksikan keramaian di beberapa kelurahan Kota Manado diwarnai berbagai kegiatan seperti lomba menyanyi hingga tarian.

“Perayaan Lebaran ketupat ini perlu dilestarikan, karena menjadi budaya lokal mempersatukan sesama masyarakat dari berbagai agama dan etnis,” kata Hesry K, warga Minahasa yang turut menyaksikan pentas seni itu.

Pemerintah Sulut juga sangat mendukung tradisi dari masyarakat Sulut yang beragama Islam ini, karena merupakan salah satu ajang silaturahim antarumat beragama di Manado, karena toleransi dan budaya kerukunan sangat dominan.

Tradisi Hari Raya Ketupat secara filosofi mengandung arti untuk memperkuat tali silaturahim antara sesama, baik keluarga, tetangga, kerabat, masyarakat, maupun sesama manusia yang berbeda agamanya.

Lihat juga...