Angkutan Lebaran Berkah Bagi Porter Pelabuhan Bakauheni

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

Para porter disebutnya mengandalkan tenaga untuk mengangkut barang bawaan milik penumpang pejalan kaki. Selain tenaga dirinya bahkan masih mengandalkan tali terbuat dari kain untuk memudahkan merangkai barang bawaan sekaligus. Terkait ongkos untuk pengangkutan barang tergantung kesepakatan antara pemilik barang dan porter.

“Sebagian besar pemudik sudah bisa memperkirakan tarif jasa angkut sehingga pemudik dan porter tidak dirugikan,” cetus Suhendar.

Eko Sujadi
Eko Sujadi, salah satu porter pelabuhan Bakauheni yang memanfaatkan momen lebaran Idul Fitri 2018 [Foto: Henk Widi]
Tarif yang ditentukan biasanya memperhitungkan jumlah barang bawaan mulai dari Rp30.000 hingga Rp50.000 bahkan bisa lebih. Berdasarkan pengalaman sejumlah pemudik kerap memberinya tips tambahan.

“Sebagian pemudik memberi uang lebih saat arus mudik lebaran,” sebutnya.

Porter pelabuhan lain, Eko Sujadi (27) warga Kalianda mengaku saat angkutan lebaran dirinya bisa memperoleh penghasilan besar. Selain jumlah pemudik pejalan kaki dari Pulau Jawa yang meningkat, kedatangan calon penumpang pengguna kapal dari Pulau Sumatera juga memberi dampak positif. Eko Sujadi menyebut sengaja memilih shift siang karena sebagian pemudik enggan mengangkut barang bawaan terutama para wanita.

“Pengguna jasa porter umumnya merupakan wanita yang tidak kuat membawa barang bawaan dan juga orangtua yang juga membawa serta anak saat mudik,” beber Eko Sujadi.

Jasa porter disebutnya kerap harus membawa barang dengan jarak berkisar 100 meter hingga 300 meter. Jarak terdekat mengangkut barang diakuinya mulai dari terminal antarmoda saat penumpang turun dari kendaraan menuju dermaga dua.

Lihat juga...