Pemkab Gianyar Gelar Rapat Stabilisasi Harga Pangan

Editor: Koko Triarko

Hal ini salah satunya disebabkan oleh masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar daerah, infrastruktur dan distribusi pangan yang masih belum optimal, produksi pangan rentan dengan gangguan eksternal seperti gangguan cuaca serta peningkatan tekanan permintaan terutama pada hari raya dan hari libur.

Menurut data dari BPS Privinsi Bali, tercatat Inflasi Provinsi Bali pada 2018, dengan target 3,5 ±  1 persen (yoy), sedangkan pada April 2018, inflasi Provinsi Bali sebesar 0,01 persen (mtm) atau 3,24 persen (yoy).

Pencapaian tersebut juga lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 0,10 persen (mtm) atau 3,41 persen (yoy). Pencapaian inflasi komulatif Bali pada April 2018 tercatat 1,72 persen (ytd), lebih tinggi dibandingkan rata-rata kumulatif tiga tahun terakhir.

Meskipun demikian ,secara keseluruhan inflasi di Bali pada 2018 masih relatif terkendali dan berada pada rentang sasaran inflasi nasional.

Sementara itu, data inflasi yang rendah dan stabil di Kabupaten Gianyar dihadapkan dengan berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian, terutama pada sector volative food (komoditas yang rentan bergejolak) dan administered price maupun inti.

Terdapat 10 komoditas dengan harga paling sering bergejolak, seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai rawit merah, cabai rawit besar dan ikan tongkol.

Sedangkan komoditas administered spesifik daerah berdasarkan bobot seperti bensin, tarif listrik dan elpiji. Untuk Kabupaten Gianyar, sektor utama penyumbang inflasi adalah pada sector volatile terdapat pada 6 komoditas penyumbang inflasi adalah beras, daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi dan bawang merah.

Lihat juga...