Film Lima, Representasi Lima Sila Pancasila

Editor: Satmoko

JAKARTA – Dalam satu keluarga tentu masing-masing anggota keluarga memiliki masalah sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka bergelut dengan permasalahannya, yang pada akhirnya semua kembali ke lima hal dasar yang menjadi akar kehidupan, yaitu: Tuhan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.

Demikian yang mengemuka dari film ‘Lima’. Sebuah film yang merepresentasikan lima sila Pancasila.

Kisahnya dimulai dengan adegan Adi (Baskara Mahendra) yang mewarnai kuku Maryam (Tri Yudiman), ibunya. Hal itu dilakukannya dengan pelan-pelan agar cat pewarna tidak berceceran. Kemudian, datang pendeta yang mendoakan Maryam sebelum pulang dari rumah sakit. Maryam memuji doa tersebut menenteramkan dirinya, meski dirinya sudah tidak menganut agama Kristen, tapi sudah menjadi muslimah.

Pulang dari rumah sakit, Maryam yang meninggal dalam keadaan sebagai muslimah dikisahkan sebelumnya pernah memeluk agama Kristen. Dari ketiga anaknya, hanya Fara (Prisia Nasution), yang mengikuti jejaknya sebagai muslimah. Masalahnya, jenazah yang pernah murtad dan menjadi Islam itu ditolak disalatkan di sebuah masjid karena mazhab almarhumah berbeda dari mazhab masjid setempat.

Ada juga masalah Aryo (Yoga Pratama), anaknya yang Nasrani, sempat dilarang atau diharamkan turun ke liang lahat untuk sekadar turut menguburkan sang ibu yang muslimah. Meski sempat terjadi perdebatan tentang jenazah ibu mereka dari sudut pandang agama masing-masing, tapi kemudian berbagai polemik tersebut bisa diselesaikan dengan cara damai.

Masalah berkembang ke anak-anak Maryam. Mulai dari Adi yang kerap di-bully menyaksikan peristiwa yang tidak berperikemanusiaan. Ada seorang pencuri dihakimi massa. Adi berusaha membantu mencegah massa main hakim sendiri, walaupun untuk itu ia harus berhadapan dengan Dega, teman sekolah Adi yang kerap melakukan bully. Adi pun ketiban getah, ikut dihakimi massa.

Lihat juga...