Sosiolog UIN Sumut Ini Sebut Golput Pelarian Politik

Ilustrasi pilkada serentak - Foto Dokumentasi CDN

Jika kondisi itu yang muncul, masyarakat akan mudah terpengaruh, bahkan mudah terprovokasi karena merasa dipimpin orang yang tidak sesuai keinginannya.

Padahal melalui pilkada, masyarakat justru diberikan kesempatan untuk memilih pemimpin. “Karena itu, orang yang golput tersebut seperti orang tidak punya sikap, itu pelarian politik, orang-orang yang tidak berani menunjukkan sikap,” ujar Ansari.

Karena itu, alumni Leiden University Belanda tersebut malah menilai anggapan bahwa golput menjadi hak asasi sebagai bentuk pembodohan politik.

“Itu sama dengan membuang kesempatan orang untuk berpartisipasi dalam bernegara,” katanya.

Dalam konteks kenegaraan, golput juga merugikan pemerintah, baik dari konteks anggaran karena banyak logistik pilkada yang sia-sia, maupun dari aspek legitimasi pemerintahan.

“Negara rugi, meski mengeluarkan anggaran besar tapi sia-sia karena adanya golput. Pemimpin juga rugi karena tidak mendapatkan legitimasi penuh dari rakyat,” ujar Ansari Yamamah. (Ant)

Lihat juga...