Musim Panen Padi Beri Berkah Penjual Jerami

Editor: Koko Triarko

Jerami kerap hanya dikumpulkan oleh petani selanjutnya dibakar, bahkan sebagian dibiarkan membusuk di lahan pertanian. Pembakaran jerami di lahan pertanian di dekat jalan lintas Sumatera, bahkan kerap menganggu laju kendaraan. Selain mengganggu laju kendaraan, polusi dan pencemaran udara mengganggu secara ekologis di wilayah tersebut akibat limbah sisa hasil pertanian.

“Selain jerami, petani masih menerapkan sistem tebas bakar yang berimbas pencemaran lingkungan akibat asap pembakaran,” beber Jumadi.

Pengambilan jerami yang berdampak positif diakui salah satu petani Karangsari, Hendra (40). Sebelum adanya pengambilan jerami oleh pedagang jerami dan peternak, limbah hasil panen tersebut bahkan mengotori lahan sawah. Pengolahan lahan yang dilakukan cepat akibat sistem irigasi dan alat modern berupa traktor membuatnya harus segera membersihkan jerami.

Pembersihan jerami oleh pencari jerami diakuinya tidak mengeluarkan biaya ekstra. Sebab, saat panen para pencari jerami sudah membantu merontokkan padi, selanjutnya jerami diikat menggunakan tali dari pelepah pisang.

Selama ini, jerami hanya dibakar dan berserakan di area sawah, sehingga pengolahan menggunakan traktor kerap terganggu.

“Sebelum pengolahan lahan kami biasanya harus membersihkan jerami, tapi kini tak perlu repot dan lebih efisien dalam penggunaan biaya,” beber Hendra.

Biaya operasional untuk pengolahan lahan yang lebih murah diakuinya ikut terbantu dengan para pencari jerami. Selain ikut membantu menekan biaya operasional pengolahan lahan, pemanfaatan jerami bisa membantu kebersihan dari polusi asap.

Keberadaan jerami saat musim panen padi disebutnya sekaligus memberi keuntungan secara ekonomi bagi peternak dengan menghemat sumber pakan. Selain pakan hijauan dan pakan buatan dari dedak, ampas tahu, jerami bisa menjadi pakan alternatif.

Lihat juga...