Film Sajen Bawa Pesan Anti Bullying
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Sosok tangan dingin Hanny R Saputra kembali terlihat dalam film terbarunya Sajen. Sutradara yang mengawali debutnya di Virgin, Ketika Keperawanan Dipertanyakan (2004) tersebut, kali ini ingin menunjukan bullying.
Dalam Sajen, lelaki kelahiran Salatiga, 11 Mei 1965 itu ingin membeberkan bahwa orang yang dibully bisa sakit hati sampai meninggal. “Konsep penyutradaraannya menggabungkan soal bullying dengan set Indonesia modern yang masih percaya sajen,“ kata sutradara Hanny R Saputra kepada Cendana News seusai press screening film Sajen, Jumat (27/4/2018).
Kali ini Hanny mencoba untuk menunjukkan bullying secara runtut. “Ketika orang dibully sampai meninggal, si korban dihadapkan dengan diri sendiri dan si pelaku juga berhadapkan dengan diri sendiri. Semua mempertanyakan diri sendiri. Kalau tidak tahu apa itu bullying, tontonlah film ini, agar tahu efeknya, jadi jangan membully!” ungkap jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tersebut.
Bagi Hanny, skenario film Sajen yang dibuat Haqi Ahmad, isinya cukup mendalam dan detail. Dengan skenario yang mendetail proses pembuatan film, tidak meleset dari kemauan si penulis.
“Kalau tidak mendetail, kita bisa mengeksekusi adegan dengan caranya sendiri, tapi tidak terlalu tegas, jadinya kita berada di titik ini mau bagaimana, tapi kalau penulisnya jelas, kita juga jelas mau dalam penyutradaraannya,” ujarnya.
Mengenai akting para bintang film remaja, Hanny mencoba konsep penyutradaraan yang natural. Pemain diminta melakukan secara natural dan seperti yang biasa dilakukan dan tidak dengan over. Pemain diminta untuk melakukan penghayatan lebih mendalam, berbuat sesuatu dengan pikiran dan perasaan.